GridHEALTH.id - Diabetes dengan kadar gula darah yang tinggi dan tidak terkendali, dapat mempengaruhi kondisi organ-organ tubuh lain.
Penyandang diabetes yang tidak mengontrol kadar gula darahnya dan membiarkan hal tersebut berlarut-larut, rentan mengalami komplikasi pada saraf, jantung, hingga mata.
Baca Juga: Cara Menggunakan Insulin Pen Untuk Penyandang Diabetes, Jangan Keliru
Tak hanya itu, pada perempuan penyandang diabetes, kondisi ini bisa mempangruhi kesehatan organ reproduksi dan menganggu kesuburan.
Melansir laman Yashoda Hospital, Selasa (30/11/2021), diabetes diketahui mempengaruhi kemampuan seorang wanita untuk hamil dan memiliki anak.
Baca Juga: Risiko Disfungsi Ereksi Byangi Penyandang Diabetes, Begini Cara Menanganinya
Studi sistematis tentang efek metabolic diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2, mengungkapkan hubungan antara kedua penyakit tersebut dengan masalah menstruasi, seperti menarche pubertas (haid pertama), perubahan pada siklus, dan keberhasilan kehamilan.
Mengontrol diabetes dengan baik dan mempertahankan berat badan ideal, merupakan kunci bagi penyandang diabetes agar dapat hamil. Jika tidak maka akan berisiko mengalami gangguan kesuburan yang membuatnya sulit memiliki anak.
Dilansir dari Diabetes.co.uk, Selasa (30/11/2021), berikut ini adalah beberapa gangguan kesuburan yang berkaitan erat dengan diabetes.
Baca Juga: Orang Kurus Juga Berisiko Kena Diabetes, Ternyata Ini Penyebabnya
1. Polycystic ovary syndrome (PCOS)
Polycystic ovary syndrome merupakan kondisi yang umum terjadi, di mana jumlah kista yang tumbuh di ovarium terlalu banyak. PCOS diketahui dapat mengurangi kesuburan pada perempuan.
Perempuan yang mengalami PCOS memiliki kadar testoteron (hiperandrogenisme) yang lebih tinggi daripada seharusnya. Polycystic ovary syndrome, kerap kali dikaitkan dengan obesitas dan diabetes tipe 2.
Penyandang diabetes tipe 1 yang mengonsumsi insulin dalam jumlah tinggi setiap harinya, juga berisiko mengalami PCOS.
Baca Juga: Oligomenorea, Masalah Menstruasi yang Sebabkan Siklus Haid Panjang
2. Oligomenorea dan amenorea sekunder
Oligomenorea merupakan keadaan di mana siklus menstruasi perempuan tidak teratur dan lebih panjang dari 35 hari. Sedangkan amenorea sekunder adalah kondisi saat perempuan yang sebelumnya haid setiap bulan, tiba-tiba tidak menstruasi selama 6 bulan atau lebih.
Kedua tipe diabetes, baik tipe 1 dan tipe 2, memiliki kaitan erat dengan risiko berhentinya dan tidak haid seorang wanita. Siklus menstruasi yang tidak teratur, membuat masa ovulasi atau pelepasan sel telur yang sudah matang dan siap untuk dibuahi, tidak bisa diprediksi.
3. Menopause dini
Perempuan penyandang diabetes juga berisiko mengalami menopause dini atau premature menopause. Ini adalah kondisi ketika siklus menstruasi berakhir di bawah usia 40 tahun.
Padahal, menopause biasanya dialami oleh perempuan berusia 45 tahun ke atas hingga 55 tahun.
Menopause dini juga dikaitkan dengan kondisi autoimun lain, seperti penyakit Addison dan tiroiditis Hashimoto, serta hipotiroidisme (kelenjar tiroid yang kurang aktif).
Baca Juga: Ini Tanda-tanda Menopause Dini, Salah Satunya Seluruh Tubuh Nyeri
Siklus menstruasi yang sudah berakhir, tentunya menyebabkan perempuan penyadang diabetes sulit untuk memiliki anak. Pasalnya, tidak ada sel telur yang siap untuk dibuahi.
4. Kanker endometrium (kanker rahim)
Kanker endometrium, lebih sering terjadi pada wanita penyandang diabetes tipe 2 dan PCOS, dapat menyebabkan infertilitas jika kanker tidak didiagnosis dan diobati pada tahap yang cukup dini.(*)
Baca Juga: Diabetes Ibu Dari Segala Penyakit, Ini 9 Komplikasi Yang Bisa Ditimbulkan