Find Us On Social Media :

Kondisi Pengungsi Erupsi Gunung Semeru, IDAI; Bantuan Ini Dibutuhkan di Kecamatan Pronojiwo

Kondisi tempat pengungsian di di SDN Supiturang 4, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

GridHEALTH.id - Saat erupsi Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur, dokter spesialis anak yang tergabung dalam Satgas Bencana IDAI turun ke lapangan untuk membantu para tenaga kesehatan di wilayah bencana erupsi.

“Tim Relawan Satgas Bencana IDAI dan anggota IDAI di wilayah terdekat sudah melakukan penyisiran awal untuk memetakan kondisi kesehatan serta melakukan pelayanan kesehatan bagi korban bencana erupsi Gunung Semeru, khususnya anak-anak. Kami juga akan berkoordinasi dengan pemerintah setempat, Fasilitas kesehatan setempat, serta IDI Cabang dan Badan penanganan Bencana di wilayah tersebut agar dapat memaksimalkan potensi bantuan dari Relawan Satgas Bencana IDAI,” Ketua Umum IDAI, Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K).

Baca Juga: Varian Omicron Sudah Masuk Indonesia Tapi Belum teridentifikasi Karena Hal Ini

Dalam rilisnya yang diterima redaksi GridHEALTH.id, Tim Satgas bencana IDAI dibagi menjadi dua ke area terdampak di Lumajang yaitu di wilayah Kecamatan Pronojiwo dan kecamatan Candipuro.

Dr Kurniawan Taufiq Kadafi, SpA(K) – Ketua Satgas Bencana IDAI yang memimpin penyisiran di Kecamatan Pronojiwo memaparkan, pada saat penyisiran di wilayah tersebut melalui 4 (empat) titik pengungsian yaitu: Kantor desa Oro-Oro Ombo, SDN 2 dan SDN 4 Oro-Oro Ombo, serta Masjid Oro-Oro Ombo belum ditemukan korban orang dewasa dan anak yang mengalami luka bakar.

Baca Juga: Teka Teki Prediksi Ahli Gelombang 3 Pandemi Covid-19 Indonesia

Keempat titik pengungsian tersebut menampung pengungsi dari desa terdampak yaitu desa Supit Urang.

Sementara itu dr Muhammad Reza, M. Biomed, SpA(K) dari Satgas Bencana IDAI yang juga anggota IDAI Probolinggo, bertugas menyusur wilayah Kecamatan Candipuro Lumajang dan berkoordinasi dengan IDI Lumajang untuk melakukan pelayanan kesehatan segera bagi korban bencana.

Di wilayah Kabupaten Lumajang ini terdapat 7 posko pengungsian terpusat milik pemerintah kabupaten, dan 4 posko pengungsian di wilayah kisaran Candipuro.

Rata-rata posko pengungsian di kisaran Candipuro berisi 40 hingga 60 anak-anak, dimana dari total seluruh pengungsian di Candipuro, 40 persen diantaranya adalah Balita.

Baca Juga: Makan Kacang Disebut Picu Munculnya Jerawat di Wajah, Ini Kata Dokter

Untuk wilayah Candipuro, seluruh korban bencana yang membutuhkan tatalaksana spesialistik akan dirujuk ke RSUD Pasirian sebagai yang paling terdekat, RS Bhayangkara dan RSUD Haryoto di Lumajang.

Hingga saat ini, dr Reza telah mendapati 2 orang remaja dengan luka bakar tingkat sedang di RSUD Pasirian, belum dijumpai adanya pasien trauma inhalan, atau kondisi infeksi lainnya dampak langsung dari erupsi.

Sementara para pasien dewasa masih mendominasi dengan kondisi luka bakar ditangani di beberapa RS Rujukan.

Baca Juga: Penyebab Gigi Berlubang Selain Makanan Manis, Penderita GERD Berisiko Mengalaminya

Untuk jumlah korban jiwa anak-anak masih belum dapat dipastikan angkanya dikarenakan evakuasi di lokasi terdampak masih cukup susah dengan keterbatasan cuaca, sarana prasarana dan tenaga.

Berdasarkan penyisiran, dr Reza mencatat bahwa pengungsi wilayah Candipuro banyak membutuhkan bantuan pakaian anak-anak, selimut, popok anak, susu formula, makanan bayi, wadah peralatan makanan yang bersih dan peralatan mandi bayi.

Secara keseluruhan Tim Satgas Bencana IDAI masih belum menemukan kasus ISPA dan diare pada anak-anak pada hari pertama dan kedua ini.

Baca Juga: Hati-hati, Ini 5 Dampak Buruk Makan Junk Food Bagi Penyandang Diabetes

Meski demikian, dr Kadafi dan dr Reza sepakat mengatakan bahwa umumnya kasus ISPA, diare dan Pneumonia pada anak di wilayah bencana biasanya baru akan terlihat diantara hari ketiga atau hari kelima.

Hingga saat ini, tim Satgas bencana IDAI masih bertugas memantau dan membantu pelayanan kesehatan di kedua wilayah tersebut seraya melakukan koordinasi dengan pihak terkait.(*)

Baca Juga: Varian Omicron Tak Berbahaya, Gejalanya Khasnya Batuk Kering