Find Us On Social Media :

Ahli Epidemiologi: Setelah Covid-19 Akan Muncul Pandemi Mematikan Lain

Munculnya pandemi mematikan setelah Covid-19 diramal para epidemiolog.

GridHEALTH.id - Semakin tidak menentunya akhir dari pandemi Covid-19 membuat kekhawatiran tersendiri bagi para ilmuwan di dunia.

Bahkan tak sedikit yang mempredikisi akan ada pandemi mematikan lain setelah Covid-19 ini berakhir.

Salah satu yang memprediksi hal tersebut diantaranya lmuwan di balik pengembangan vaksin Oxford-AstraZeneca, Sarah Gilbert.

Dimana Gilbert sebelumnya memperingatkan bahwa dunia mungkin akan menghadapi virus yang bahkan lebih berbahaya dibandingkan SARS-CoV-2 yang dapat memicu pandemi baru di masa depan.

Pernyataan tersebut pun mendapat tanggapan dari Ahli Epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman.

Menurutnya prediksi seperti ini bukan merupakan hal yang baru di kalangan peneliti pandemi, termasuk dirinya.

Baca Juga: Plasma Darah Tidak Boleh Digunakan Untuk Pengobatan Covid-19, WHO

Dicky mengaku sempat mendapatkan pertanyaan yang sama terkait isu ini dan dirinya membenarkan bahwa memang ada potensi kemunculan pandemi selain Covid-19 di masa depan.

Bahkan jarak waktu antara pandemi saat ini dengan prediksi kemunculan pandemi berikutnya pun tidak terlalu lama.

"Ini bukan hal baru, dan di kalangan peneliti pandemi global security, di mana saya salah satunya, ya saya juga ditanya oleh media asing tentang hal-hal seperti ini. Jadi untuk diketahui bahwa ancaman pandemi berikutnya sangat dekat," ujar Dicky, dilansir dari Tribunnews (8/12/2021).

Dicky kemudian menjelaskan bahwa saat dirinya membantu pemerintahan hingga lembaga internasional terkait penanganan wabah dalam kisaran waktu nyaris 25 tahun terakhir, kemunculan antar pandemi ini bahkan terjadi 'tiap 5 tahun'.

"Bahkan selama saya di pemerintahan, di lembaga internasional seperti ASEAN, OKI menangani wabah-wabah seperti ini, mungkin hampir 25 tahun terakhir ya, itu hampir tiap 5 tahun ada epidemi atau wabah besar, epidemi atau pandemi," kata Dicky.

Sehingga, menurutnya, siapapun yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan periode berikutnya, kemungkinan akan menemukan wabah meskipun dalam skala yang lebih kecil.

"Dan hampir tiap 5 tahun, jadi hampir setiap Menteri Kesehatan era sebelumnya itu mengalami, tapi skalanya memang lebih kecil dari Covid ini," jelas Dicky.

Jika dilihat dari jarak kemunculan wabah yakni tiap 5 tahun sekali, maka potensi munculnya wabah yang skalanya lebih besar bisa terjadi dalam 25 tahun ke depan.

"Nah kalau melihat itu saja, artinya dalam 25 tahun ke depan itu ya akan ada potensi besar yang skalanya sebesar Covid," tegas Dicky.

Potensi munculnya pandemi yang memiliki dampak sebesar Covid-19 ini dianggap sangat mungkin terjadi di wilayah Asia, khususnya Asia Tenggara dan kawasan Afrika.

Karena dua benua ini memang dikenal sebagai hotspot munculnya banyak wabah.

"Dan untuk diketahui, sejak katakanlah 25 tahun terakhir, ya Asia Tenggara, ini Asia dan Afrika, dua wilayah yang sering jadi hotspot, daerah yang sering menjadi lahirnya penyakit wabah ini," tutur Dicky.

Baca Juga: Mengenal Penyebab Terjadinya Maskne, Munculnya Jerawat Akibat Masker

Sementara Indonesia, dianggap menjadi salah satu negara yang potensial melahirkan wabah di masa depan.

"Dan Indonesia salah satunya punya potensi," pungkas Dicky.

Melihat prediksi tersebut, tentu masyarakat harus mulai waspada dan tentunya melakukan pencegahan sedini mungkin.

Selain mendapatkan vaksin Covid-19 yang ada, masyarakat juga tetap harus disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes).

Terlebih penularan virus corona ini diketahui sangat sulit diprediksi, siapa saja bisa terkena penyakit tersebut.

Menurut penjelasan di laman who.int (9/7/2020), bahwa Covid-19 ditularkan melalui kontak langsung dengan tetesan pernapasan dari orang yang terinfeksi, baik yang dihasilkan melalui batuk maupun bersin.

Seseorang juga dapat terinfeksi dari dan menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus dan kemudian menyentuh wajah mereka misalnya mata, hidung, mulut.

Karenanya menjalankan prokes seperti 5M (Memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilisasi serta interaksi) tidak boleh diabaikan meski sudah disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua.(*)

Baca Juga: Penanganan Pandemi Covid-19 Sudah Berada dalam Jalur yang Tepat