Find Us On Social Media :

Pasien Covid-19 dengan Komorbid Terttinggi adalah Hipertensi, Kaleidoskop Kesehatan 2021

Pasien Covid-19 dengan komorbid hipertensi paling banyak yang meninggal dunia daripada komorbid lainnya.

GridHEALTH.id - Sepanjang 2021 banyak masyarakat di tanah air yang mencari informasi kesehatan di dunia maya.

Salah stau informasi yang paling banyak dicari bertemakan kesehatan, dan komorbid adalah informasi yang termasuk palingbanyak di cari di Google.

Tapi tahukah, pasien Covid-19 dengan komorbid adalah hipertensi?

Komorbiditas adalah suatu kondisi di mana seseorang sudah memiliki penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya.

Beberapa penyakit penyerta (komorbid) meliputi diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, penyakit saluran pernapasan kronis, kanker, serangan jantung atau stroke, ginjal, penyakit terkait geriatri, penyakit terkait autoimun, dan penyakit kronis lainnya.

Baca Juga: Mendeteksi Varian Omicron 4-6 Jam, Tes PCR Baru Disiapkan Menkes

Baca Juga: Kasus Varian Omicron Bertambah, Masyarakat Diminta Tunda Pergi ke Luar Negeri

Menurut dr. RM. Agit Sena Setiadi, Sp.D.D., selaku Spesialis Penyakit Dalam RS Akademik UGM, “Seseorang dengan penyakit penyerta (komorbid) lebih berisiko menularkan Covid-19. Salah satunya terkait dengan sistem pertahanan tubuh yang lebih rendah dibandingkan orang tanpa penyakit penyerta,” jelasnya (9/10), dikutip dari laman Universitas Gajah Mada (9/10/2020).

Selain rentan terhadap infeksi virus corona baru, orang dengan penyakit penyerta akan memperburuk penyakit Covid-19.

Baca Juga: Mengenal Endometriosis, Gangguan Kesehatan yang Sering Tak Disadari Wanita

Menurut Pusat Studi Biofarmaka Tropika (Trop BRC), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University, dalam webinar seri bertajuk “Jamu untuk Penanganan Penyakit Comorbid pada COVID-19”, (4/8), disebutkan pasien COVID-19 dengan comorbid tertinggi adalah hipertensi.

Hal itu disampaikan oleh Akhmad Saikhu, SKM, MSc, PH, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat Tradisional Kementerian Kesehatan RI.

Baca Juga: Teman-teman Artis Menguatkan Inul Daratista, Curhat Tak Mau Jandi Janda Adam Suseno yang Kini di Rumah Sakit

Upaya penanggulangan komorbiditas harus dilakukan untuk mencegah gejala COVID-19 yang semakin berat.

Upaya tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan jamu sebagai pengobatan pendamping.

Hal ini terkait dengan fungsi jamu sebagai agen promotif untuk meningkatkan imunitas, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Selain itu, dalam pengembangannya, harus merujuk pada formulasi yang holistik untuk meningkatkan kualitas sediaan, khususnya terkait kesesuaian bahan agar keamanan konsumsinya terjaga.

Baca Juga: Peradangan Mulut Rahim Servisitis Bisa Disebabkan Penyakit Infeksi, Kenali Gejalanya Ini

Serta harus memenuhi parameter safety, efficiency dan patient reported outcome agar dapat diakaji apakah dapat memperbaiki gejala klinik dan memperbaiki pemeriksaan laboratoris.

“Pada saat penggunaan, atau pada saat penyusunan formula, dua hal ini sudah diujicobakan misalkan dengan uji preklinik, kemudian dengan uji klinik dan sebagainya,” jelasnya, dilansir dari laman IPB University.

Baca Juga: Trikomoniasis, Penyakit Infeksi yang Sebabkan Kelamin Terasa Gatal

Pada tiap proses penyiapan bahan bakunya pun harus menggunakan prinsip good agricultural product (GAP), good manufacturing product (GMP), serta lulus quality control.

Pemerintah China juga menerbitkan dokumen mengenai diagnosis dan treatment protocol for novel coronavirus pneumonia yang dalam bahasannya menyatakan pengobatan menggunakan traditional chinese medicine juga disarankan.(*)

Baca Juga: Nyeri Panggul Bisa Dialami Saat Kehamilan dan Setelah Melahirkan, Begini Cara Menanganinya