"Pertama, jumlah kasus Omicron masih relatif terbatas. Dari kasus yang ada, umumnya memang bergejala ringan. Hanya sedikit yang bergejala berat dan masuk rumah sakit. Tapi, kalau jumlah kasus dunia terus bertambah, pola bisa saja berubah," jelas Prof. Tjandra yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam keterangannya (27/12), dikutip dari Rakyat Merdeka id (27/12/2021).
Kedua, papar Prof. Tjandra, sejauh ini yang banyak terinfeksi adalah kelompok usia muda. Mereka tentu memiliki daya tahan tubuhnya relatif baik.
Karenanya gejala infeksi varian Omicron umumnya ditemukan ringan.
"Tetapi, kalau nanti ada kelompok tua atau komorbid atau imunitas terganggu yang terinfeksi Omicron, bisa jadi gejalanya tak ringan lagi," jelas Prof. Tjandra.
Ketiga, sudah ada laporan kasus meninggal dunia akibat Omicron di berbagai negara seperti Inggris dan sebagainya.
Baca Juga: Gejala dan Pengobatan Ulkus Mole, Infeksi Kelamin Akibat Bakteri
Jadi, Prof. Tjandra meyakini jika varian Omicron dapat membunuh pasiennya, walaupun persentasenya kecil.
3 Gejala Utama yang Harus Diperhatikan
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menyebut Omicron adalah "varian yang mengkhawatirkan" namun mengatakan belum ada bukti bahwa gejala Omicron berbeda dengan varian lain.Ini berarti tiga gejala utama yang perlu diperhatikan adalah batuk, demam, hilang rasa dan penciuman.
Baca Juga: Ini Cara Mengatasi Penglihatan Kabur Pada Penyandang Diabetes