GridHEALTH.id - Gejala infeksi varian Omicron hingga saat ini masih menjadi tanda tanya publik.
Memang banyak pemberitaan yang menyatakan gejala infeksi varian Omicron ringan.
Dokter asal Afrika Selatan yang pertama kali memperingatkan keberadaan varian omicron mengungkapkan bahwa varian tersebut tampak memicu gejala yang tak biasa.
Meski begitu, gejala Covid-19 akibat varian omicron cenderung ringan.Dr Coetzee mengatakan, keempat pasien tersebut mengalami gejala yang jarang dikaitkan dengan Covid-19. Gejala tersebut adalah kelelahan hebat.
Tak ada satu pun dari pasien-pasien Covid-19 tersebut yang memiliki gejala kehilangan indra penciuman atau perasa.
Gejala Infeksi Varian Omicron Pada Lansia dan Komorbid
Mengenai hal tersebut menurut Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama, ada tiga hal yang patut mendapatkan perhatian terkait penilaian ringannya gejala Omicron.
Baca Juga: Perubahan Payudara Setelah Melahirkan, Ini Tips Cara Mengencangkannya
"Pertama, jumlah kasus Omicron masih relatif terbatas. Dari kasus yang ada, umumnya memang bergejala ringan. Hanya sedikit yang bergejala berat dan masuk rumah sakit. Tapi, kalau jumlah kasus dunia terus bertambah, pola bisa saja berubah," jelas Prof. Tjandra yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam keterangannya (27/12), dikutip dari Rakyat Merdeka id (27/12/2021).
Kedua, papar Prof. Tjandra, sejauh ini yang banyak terinfeksi adalah kelompok usia muda. Mereka tentu memiliki daya tahan tubuhnya relatif baik.
Karenanya gejala infeksi varian Omicron umumnya ditemukan ringan.
"Tetapi, kalau nanti ada kelompok tua atau komorbid atau imunitas terganggu yang terinfeksi Omicron, bisa jadi gejalanya tak ringan lagi," jelas Prof. Tjandra.
Ketiga, sudah ada laporan kasus meninggal dunia akibat Omicron di berbagai negara seperti Inggris dan sebagainya.
Baca Juga: Gejala dan Pengobatan Ulkus Mole, Infeksi Kelamin Akibat Bakteri
Jadi, Prof. Tjandra meyakini jika varian Omicron dapat membunuh pasiennya, walaupun persentasenya kecil.
3 Gejala Utama yang Harus Diperhatikan
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menyebut Omicron adalah "varian yang mengkhawatirkan" namun mengatakan belum ada bukti bahwa gejala Omicron berbeda dengan varian lain.Ini berarti tiga gejala utama yang perlu diperhatikan adalah batuk, demam, hilang rasa dan penciuman.
Baca Juga: Ini Cara Mengatasi Penglihatan Kabur Pada Penyandang Diabetes
Satu hal yang harus kita ingat, secara umum kelompok lansia dan komorbid paling rawan mengalami gejal aberat saat terinfeksi Covid-19.
Kaum lansia dan yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) paling rentan terpapar COVID-19.
Apalagi gejala umum yang biasa dialami pasien positif COVID-19 sama sekali tidak muncul pada lansia dan komorbid yang terkonfirmasi positif. Menurut Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Dr. dr. Czeresna Heriawan Soejono, Sp.PD, K.Ger mengatakan lansia terkonfirmasi positif COVID-19 tidak memiliki kekhasan gejala alias tidak jelas.
Baca Juga: Waspadai Hipoksemia, Ketika Tingkat Saturasi Oksigen di Bawah NormalMantan Direktur Utama RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta ini menyebutkan gejala batuk-batuk, sesak nafas, atau hilangnya indera penciuman dan perasa yang umumnya dialami pasien positif COVID-19 sama sekali tidak muncul pada lansia dan komorbid. "Lansia dan komorbid ini perlu perhatian khusus, lebih ketat monitoringnya karena gejalanya khas sekali," papar dr. Soejono dalam talkshow "Mengapa Lansia dan Komorbid Rentan Terinfeksi COVID-19" di Media Center Satgas COVID-19 Graha BNPB Jakarta pada Rabu (14/10) sore.Sojoeno menambahkan gejala khas yang muncul pada pasien positif lansia dan komorbid seperti nafsu makan hilang tiba-tiba, terjadi perubahan perilaku yang tidak biasa, dan kesadarannya hilang. Di tambah penyakit penyerta yang dialami semakin memperberat pasien lansia.
Waspada Lingkungan, Lansia Perlu Dukungan
Sedangkan menurut Kepala Staf Medik Fungsional Pulmonologi Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta, dr. Adria Rusli, Sp.P (K), perhatian keluarga sangat penting bagi lansia dan komorbid untuk menghindari paparan virus corona. Lingkungan yang bersih, makanan sehat, dan istirahat cukup harus diterapkan bagi lansia dan komorbid. "Kalau sudah kena berat sekali dan tinggi angka kematiannya," ujar dr. Adria.Dukungan keluarga terutama dalam menerapkan protokol kesehatan, khususnya bagi orang terdekat di sekitarnya, sangat penting.
Baca Juga: Mininuman yang Gagalkan Program Turunkan Berat Badan, Banyak yang Tidak Sadar Sering Mengonsumsinya
dr. Adria mencontohkan jika lansia tinggal bersama cucu dan pengasuhnya maka harus diperhatika protokol kesehatannya. Hal sama juga perlu diawasi terhadap pengantar makanan jika memesan dari luar. Menurut pengalaman Perawat di Bagian Geriatri RSUP RSCM Jakarta Eva Rischta Magdalena mengatakan, rata-rata pasien lansia dan komorbid terpapar COVID-19 merasa tersisihkan dari keluarga. Ruang isolasi, tempat perawatan pasien COVID-19, memang tidak diperbolehkan dikunjungi keluarga.
Namun keberadaan perawat memberi dukungan penuh untuk kesembuhan pasien. "Perawat membantu support system dan membantu mengkomunikasikan pasien dengan keluarga memanfaatkan teknologi," ujar perawat yang sudah 18 tahun bertugas di RSCM, dikutip dari Covid19.go.id (15/10/2020).(*)
Baca Juga: Healthy Move, Aneka Jenis Olahraga Untuk Mengatasi Nyeri Punggung