GridHEALTH.id - Ternyata masih ada siswa di Indonesia yang menganggap vaksinasi Covid-19 bertentangan dengan agama.
Padahal, dikutip dari nhs.uk (30/3/2021), penyuntikan vaksin Covid-19 diketahui sangat penting di masa pandemi ini.
Selain mencegah penularan semakin luas, juga bisa meminimalisir keparahan dari infeksi virus Covid-19 yang sedang mewabah.
Dalam artikel "Why Vaccination Is Safe and Important" disebutkan bahwa orang yang sudah divaksin sistem kekebalannya mampu mengenali dan tahu cara melawan suatu infeksi penyakit.
Itu artinya jika kita disuntik vaksin Covid-19, maka sistem kekebalan tubuh kita akan terlatih dalam melawan Covid-19 sehingga dampak infeksi virus tersebut bisa diminimalisir.
Sementara itu terkait siswa yang menganggap vaksinasi bertentangan dengan agaa diungkap Hasil Survei Nasional dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Diketahui hasil survei tersebut mengungkap perilaku siswa di masa pandemi Covid-19 yang dipengaruhi oleh faktor keagamaan.
Dimana salah satunya adalah pelaksanaan program vaksinasi Covid-19 pada siswa.
"Yang kemudian perlu kita jadikan perhatian juga adalah bahwa ternyata siswa itu beranggapan vaksinasi bertentangan dengan agama, 12,88 % secara nasional,"ungkap Peneliti PPIM UIN Jakarta, Narila Mutia Nasir, dikutip dari tribunnews (5/1/2022).
Baca Juga: Omicron Lebih 'Pintar' Menghindari Kekebalan Karena Vaksin , Studi
Siswa menganggap bahwa vaksinasi bertentangan dengan agama.
Mutia mengatakan perlu ada satu pendekatan untuk melakukan promosi jika ingin melakukan upaya vaksinasi pada anak khususnya para siswa.
Adapun alasan mengapa siswa mempercayai vaksinasi bertentangan dengan agama diantaranya:
Sebanyak 39 % siswa percaya bahwa Pandemi Covid-19 adalah hukuman dari Tuhan.
Lalu sekitar 48 % siswa memiliki sikap fatalis, atau segala sesuatu ditentukan oleh Tuhan.
Upaya manusia pun tidak berarti banyak.
Menurut Mutia, berdasarkan hasil penelitian tersebut, siswa yang mempercayai hoax, maka prilaku hidup sehat juga semakin tidak dilaksanakan.
Lalu lebih kecil kemungkinan melakukan prilaku hidup sehat.
Penelitian yang dilakukan PPIM UIN Jakarta ini dilakukan secara nasional di 34 provinsi pada 1 September – 7 Oktober 2021.
Baca Juga: Hasil Uji Klinis KIPI Vaksin Booster dari Satgas Covid-19 dan Rekomendasinya
Penelitian dilakukan pada seluruh siswa aktif dengan berbagai latar belakang pada sekolah menengah di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan Kementerian Agama.
Jumlah siswa yang dijadikan responden ada sebanyak 3031 orang siswa, dengan tingkat respon (response rate) sebesar 86,35 %.(*)