Find Us On Social Media :

Pandemi Menjadi Endemi, Untuk Covid-19 Para Pakar Masih Bikin Bingung Masyarakat

Pandemi menjadi endemi

GridHEALTH.id - Banyaknya pendapat ahli di pandemi Covid-19 2022 yang berbeda membuat masyarakat bingung.

Khususnya prihal pandemi Covud-19 menjadi endemi.

Pendapat EMA

Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) menyatakan, status wabah penyakit Covid-19 sedang bergeser dari pandemi ke endemi.

“Apa yang penting dan apa yang sedang kami amati sekarang adalah bahwa kita bergerak menuju virus yang menjadi lebih endemik,” kata Kepala Ancaman Kesehatan Biologis dan Strategi Vaksin EMA, Marco Cavaleri, pada Selasa 11 Januari 2022.

Tapi Cavaleri tidak mendefinisikan, melansir Tempo.co (13/1/2022), apa yang dimaksudnya dengan endemi.

Istilah itu biasa digunakan untuk menjelaskan masa infeksi penyakit yang stabil dan bisa diprediksi.

Pendapat Dicky Budiman

Lain lagi menurut epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman.

Baca Juga: Pasien dengan Gejala Covid-19 Ringan Alami Penurunan Kemampuan Kognitif, Studi

Menurutnya, melihat tren penularan COVID-19 yang melonjak di banyak negara, COVID-19 tampaknya tak berakhir menjadi endemi.

Dicky menduga penyakit ini akan menjadi serupa seperti campak.

"COVID-10 cenderung tidak akan menjadi endemik. Tren terkini menunjukkan potensinya sebagai penyakit epidemi seperti campak," beber Dicky (19/1/2022), dikutip dari Detik.com (19/1/2022).

"Artinya COVID-19 akan selalu menyebar pada populasi yang tidak divaksinasi atau menurun imunitasnya," sambung Dicky.

Pendapat Anthony Fauci

Kepala Penasihat Medis Gedung Putih Anthony Fauci, mempunyai pendapat yang juga berbeda.

Fauci menyebut dengan kemunculan Omicron, mungkin saja pandemi ini bisa segera berakhir dengan memasuki fase endemi.

Omicron sendiri diyakini umumnya menyebabkan gejala ringan meski sangat menular ketimbang Covid-19 varian lain.

"Tapi itu hanya akan terjadi jika kita tidak mendapatkan varian lain yang lolos dari respons imun dari varian sebelumnya," ujar Fauci kepada Agenda Davos, seperti dikutip dari CNN (19/1).

Baca Juga: Keputihan Selama Kehamilan, Hal-hal yang Perlu Diketahui Wanita

Malah Fauci menilai kehadiran Omicron merupakan suatu keberuntungan.

Sebab, varian itu tak memiliki sejumlah karakteristik yang sama dengan varian Delta yang diketahui lebih mematikan.

"Tetapi banyaknya orang yang terinfeksi mengesampingkan tingkat patogenitas yang lebih rendah itu," ujarnya.

Hanya saja Fauci mengingatkan, kehadiran Omicron bukan berarti pertempuran melawan Covid-19 sudah usai.

Sebab, saat ini masih banyak rumah sakit yang kewalahan menunda operasi elektif serta sekolah-sekolah, terutama di luar negeri, yang beralih ke pembelajaran jarak jauh.

Di Amerika, banyak rumah sakit yang dilaporkan kekurangan staf.

Mereka merawat lebih banyak pasien Covid-19 dalam beberapa hari belakangan.

Setidaknya ada 156.676 pasien Covid-19 di AS yang dirawat di rumah sakit pada Senin (17/1).

Intinya menurut fauci, masih terlalu dini untuk menyimpulkan varian Omicron akan menjadi akhir dari pandemi.

Baca Juga: 5 Penyebab Perut Terasa Kencang, Salah Satunya Gegara Cemas Berlebih

Ia menilai, akhir pandemi bisa terjadi bila tak ada kemunculan varian virus corona lain.

Pendapat Michael Ryan

Tapi menurut Direktur Darurat WHO Michael Ryan, dikutip CNBC Indonesia (20/1/2022), "Kita tidak akan mengakhiri virus tahun ini. Namun yang dapat kita akhiri adalah 'darurat kesehatan masyarakat'."

"Ini, kematian, rawat inap, gangguan yang menyebabkan tragedi. Bukan virus. Virus adalah kendaraan."

Meski menjadi endemi, ia tetap meminta semua orang waspada. Sekali lagi, ia meminta warga dunia sadar akan pentingnya vaksinasi.

"Endemik tidak berarti 'baik', itu hanya berarti 'di sini selamanya','" tambahnya.

"Apa yang perlu kita lakukan adalah mencapai tingkat kejadian penyakit yang rendah dengan vaksinasi maksimum dari populasi kita sehingga tak ada yang harus mati. Itulah akhir dari keadaan darurat dalam pandangan saya. Itulah akhir dari pandemi."

Pendapat Maria Van Kerkhov

Sedangkan menurut Pimpinan Teknis Covid-19 Maria Van Kerkhov, Omicron bukan varian terakhir corona.

Baca Juga: Bukan Karena Vaksinnya, Ternyata Ini Penyebab Efek Samping Vaksin Covid-19 Muncul

Infeksi yang tinggi di dunia kemungkinan akan menyebabkan varian baru saat virus bermutasi.

Karenanya dirinya meminta, untuk saat ini, pemerintah dan warga bersabar untuk tidak melonggarkan langkah-langkah kesehatan masyarakat, seperti menggunakan masker dan menjaga jarak.

Ia bahkan berujar, jika pelonggaran dilakukan, dunia akan berada di fase kritis.

"Ini tidak akan menjadi varian terakhir yang menjadi perhatian," tegasnya.

Dari data WHO pekan ini, Omicron meningkatkan kasus global hinggaa 20% dalam seminggu ini.

Meski gejala ringan dibanding Delta, Omicron menular sangat cepat dan mengancam kelompok yang tidak divaksin dan memiliki komorbid.

Mengutip Worldometers, Kamis (20/1/2022), ada 338 juta kasus Covid-19 di dunia sejak pandemi mewabah di akhir 2019, dengan 5,5 juta kematian. Total warga sembuh 275 juta orang.(*)

Baca Juga: Beasiswa Pendidikan Bagi Generasi Masa Depan Indonesia Agar Sehat dan Tangguh