Pada dasarnya, berpuasa Ramadan serupa dengan prinsip diet keto.
Artinya ketika kita berpuasa, keadaan metabolisme tubuh beradaptasi menjadi mode pertahanan (survival) karena adanya pembatasan karbohidrat yang masuk (Mullins & Hallam, 2011).
Tubuh akan mengubah metode pengambilan energi yang seharusnya dari glukosa yang didapatkan dari karbohidrat, menjadi dari asam lemak bebas yang didapatkan dari pemecahan trigliserida yang ada di jaringan lemak (adiposa).
Proses menjadikan trigliserida sebagai sumber energi tubuh disebut dengan glukoneogenesis.
Hasil samping dari proses tersebut adalah senyawa bernama badan keton, salah satu contoh senyawanya adalah beta-hidrokosibutirat (Grabacka, et al., 2016).
Senyawa keton merupakan senyawa gas volatil yang mudah menguap lewat napas sehingga sangat mudah dideteksi (Saasa, et al., 2019).
2. Penurunan produksi saliva
Baca Juga: Wanita di AS Dikabarkan Sembuh dari HIV Usai Transplantasi Sel Punca, Apa Itu?
Air liur atau saliva berfungsi sebagai pertahanan utama kebersihan mulut di mana ia dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang tersisa di rongga mulut.
Produksi air liur sangat dipengaruhi oleh asupan makan. Ketika kita hendak makan, kelenjar air liur akan memproduksi air liur dengan jumlah yang banyak.
Ketika kita tidak makan, terlebih dalam waktu yang lama, kelenjar air liur akan meminimalkan produksi air liur.
Kondisi tersebut membuat rongga mulut menjadi lebih kering daripada biasanya sehingga bau mulut akan lebih mudah terjadi (Khaleghifar, et al., 2017).