Find Us On Social Media :

Kemungkinan Akan Ada Vaksinasi Covid-19 Booster ke 2, Rekomendasinya Oktober 2022

Siap-siap vaksin Covid-19 booster ke 2.

GridHEALTH.id - Vaksinasi Covid-19 booster sepertinya akan ada yang kedua.

Booster kedua diltar belakangi dengan ditemukannya fakta efektivitas vaksin Covid-19 booster diketahui menurun setelah bulan ke empat pasca suntik.

Peneliti Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melihat efektivitas booster dari kedua vaksin, Pfozer dan Moderna menurun setelah empat bulan.

Oleh sebab itu, CDC menilai kemungkinan booster tambahan dibutuhkan.

Laporan hasil penelitian ini dikeluarkan CDC pada 11 Februari 2022.

CDC menganalisis 241.204 pasien emergency department (ED) dan urgent care centre (UC) terkait COVID, bersama dengan 93.408 rawat inap dari Agustus 2021–Januari 2022 di 10 negara bagian Amerika. Di antara pasien ED/UC dan rawat inap, 10% dan 12% nya telah menerima vaksin Covid-19 booster.

Para peneliti CDC pun menemukan efektivitas vaksin adalah 87% untuk orang yang telah menerima booster dua bulan sebelumnya, turun menjadi 66% untuk mereka yang dikuatkan empat bulan sebelumnya. Demikian pula, efektivitas vaksin juga turun untuk rawat inap, turun dari 91% setelah dua bulan menjadi 78% setelah empat bulan.

Baca Juga: Healthy Move, Berolahraga Di atas Usia 40, Begini Cara Memulainya

Mengenai hal ini, Dr Cassandra Berry, seorang Profesor Imunologi Viral di Universitas Murdoch, mencatat bahwa sebagian besar penelitian mengukur tingkat antibodi yang beredar dalam darah, yang diketahui secara alami berkurang dan menurun seiring waktu. “Metode yang lebih baik untuk mendapatkan wawasan tentang imunogenisitas vaksin adalah dengan mengukur imunitas seluler,” kata Profesor Berry, melansir newsGP (15/2/2022). 'Sel memori B dan sel T memori dapat bertahan selama beberapa dekade.' Selain itu, diketahui pula penelitian menunjukkan jenis kekebalan abadi ini berpotensi lebih baik dicapai melalui rezim vaksinasi heterolog.

"Studi CDC hanya melihat rawat inap untuk orang yang diberi mRNA dosis kedua dan ketiga dan bukan individu yang divaksinasi AstraZeneca atau Novavax," kata Profesor Berry. “Oleh karena itu, kami dapat mempertimbangkan untuk menggunakan jenis vaksin non-mRNA sebagai booster di Australia untuk mayoritas yang menerima vaksin Pfizer atau Moderna." Di Israel, yang memulai peluncuran boosternya sebelum Australia, dosis booster kedua telah ditawarkan kepada orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah sejak awal tahun, sedangkan dosis keempat saat ini hanya disetujui di Australia untuk mereka yang sistem kekebalannya sangat lemah. Kini 'Pemerintah [Federal] sudah mengizinkan dosis keempat untuk mereka yang sangat terganggu kekebalannya,' kata Profesor Esterman kepada newsGP. 'Jadi saya pikir lebih cepat lebigh baik. Pemerintah mereka harus mulai menyetujui dosis keempat untuk masyarakat yang memiliki gangguan kekebalan dan lansia, karena sistem kekebalan merekamenurun."

Baca Juga: Layanan Kesehatan Berbasis AI, Permudah Masyarakat Lakukan Konsultasi

Sementara itu, di Australia, Profesor Esterman lebih setuju jika vaksin khusus Omicron, seperti yang dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna, yang diberikan sebagai booster ke dua. "Jadi ini permainan antara vaksin yang berbeda dan varian yang berbeda," katanya.