GridHEALTH.id - Banyak pemberitaan yang menyebut samarium seolah-olah obat kanker.
Jangan salah, samarium memang obat untuk pasien kanker, tapu bukan obat kanker atau menyembuhkan kanker.
Untuk dikertahui samarium telah diluncurkan sejak 2018, peluncurannya saat itu dilakukan di hotel Crown Plaza.
Samarium ini saat itu dijelaskan sebagai produk radiofarmaka, lahir tas kerjasama Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia (PKNI), Perhimpunan Kedokteran Biologi Nuklir Indonesia (PKBNI) dan Badan Tenaga Nuklir Indonesia (BATAN), juga PT. Kimia Farma.
Pada saat itu, melansir Batan.go.id (15/9/2018), menurut dr. Alvita Dewi Siswoyo, SpKN(K), M.Kes, FANMB dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, "produk Samarium-153-EDTMP memiliki efek yang sangat bagus untuk mengurangi rasa nyeri hingga 80% dan dapat bertahan hingga 40 hari."
Buktinya, salah satu pasien memberikan testimoni yang positif setelah mendapatkan terapi dengan produk Samarium-153-EDTMP.
Sebelum terapi, pasien harus mengonsumsi beberapa obat pereda nyeri secara bersamaan, namun setelah menggunakan radiofarmaka Samarium-153-EDTMP, pasien merasa lebih nyaman dan banyak aktivitas yang bisa dilakukan termasuk menemani anaknya yang sedang melangsungkan pernikahan.
Jadi samarium ini adalah terapi paliatif, untuk menghilangkan rasa nyeri pada pasien kanker.
Plt. Kepala Pusat Riset Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PRTRR), Rohadi Awaludin mengatakan, Samarium 153 ETDMP merupakan produk penelitian yang sangat bermanfaat di dunia kesehatan khususnya sebagai obat terapi paliatif atau penghilang rasa sakit pada penderita kanker.
Baca Juga: Sedang Isolasi Mandiri? Segini Harga Obat Covid-19, Bisa Didapatkan Gratis
“Untuk mengurangi rasa sakit itu secara konvensional mereka biasanya menggunakan obat-obatan analgesik atau penghilang rasa sakit seperti morfin. Namun hal ini tidak bertahan lama, sedangkan apabila menggunakan Sm 153 EDTMP ini bisa bertahan 1-2 bulan,” kata Rohadi, Jumat (04/02), dilansir dari brin.go.id (4/2/2022).
Kelebihan lainnya, tambah Rohadi, produk ini tidak menimbulkan efek ketagihan dan menurunnya kualitas hidup seperti bila menggunakan morfin, sehingga penderita kanker dapat beraktivitas dengan normal.