GidHEALTH.id – Seiring diberlakukannya banyak pelongaran saat pandemi Covid-19 ini oleh pemerintah.
Anak-anak pun bersiap untuk masuk kembali ke sekolah, menjalankan sekolah tatap muka seperti sebelum pandemi Covid-19.
Meski demikian pemerintah tetap menekankan pentingnya penerapan protokol Kesehatan dalam setiap aktivitas masyarakat.
Mengenai hal ini dalam siaran pers IDAI yang diterima redaksi, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) – Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengingatkan kita semua untuk bisa mengawasi dengan ketat penerapan protokol Kesehatan pada anak dan mengajarkan anak-anak untuk mengenali tanda dan gejala awal sakit, serta melapor kepada guru apabila diri sendiri atau teman ada tanda gejala sakit.
Selain itu, perilaku disiplin menjalankan protokol kesehatan harus dicontohkan oleh staf pengajar dan perangkat sekolah kepada murid-muridnya.
Varian apa pun yang beredar, protokol kesehatan yang dilakukan adalah sama.
Ketua Satgas Covid IDAI, dr Yogi Prawira, SpA(K) menjelaskan IDAI menganjurkan penggunaan masker dan faceshield pada anak usia 2 (dua) tahun keatas, kecuali terdapat masalah medis yang menghalangi anak-anak tersebut untuk menggunakan masker.
Jenis masker yang digunakan adalah masker kain 3 (tiga) lapis atau masker medis.
Masker akan mencegah penularan kuman dari 1 (satu) individu ke individu lainnya dengan menahan partikel virus supaya tidak menyebar di udara.
Baca Juga: Ruam di Daerah Kewanitaan Saat Menstruasi, Ini 5 Cara Jaga Kebersihannya Selama 7 Hari
Dalam penggunaan masker pada anak harus diperhatikan ukuran dan cara penggunaan yang tepat, sehingga fungsi masker menjadi efektif.
Dr Yogi juga meminta agar para orang-tua mengajarkan anak untuk berganti baju, mandi, dan membersihkan perlengkapannya setiap pulang dari sekolah, sebagaimana orang dewasa yang beraktivitas di luar rumah.
Selain itu, sebaiknya anak tidak dianjurkan jajan makanan instan dan junkfood.
Orangtua bisa memilihkan asupan makanan yang mengandung nutrisi lengkap, termasuk vitamin dan mineral sehingga kekurangan mikronutrien dalam tubuh anak bisa dicegah.
Kekebalan terhadap penularan berbagai penyakit infeksi diperoleh dari nutrisi lengkap seimbang, istirahat yang cukup, aktivitas fisik sesuai usia, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, serta usaha pencegahan penularan infeksi melalui protokol Kesehatan dan vaksinasi.
Berikut adalah rekomendasi Satgas Covid IDAI bagi para orangtua sebelum mempersiapkan anaknya masuk sekolah :
* Orang tua sebaiknya proaktif mengikuti perkembangan transmisi lokal COVID-19.
Salah satu pedoman yang bisa digunakan untuk menyatakan kalau kasus terkendali adalah positivity rate kurang dari 8 persen.
* Orangtua dapat meminta sekolah menunjukkan protokol secara tertulis atau meminta pihak sekolah melakukan diseminasi protokol kesehatan melalui webinar.
Baca Juga: Healthy Move, Olahraga Ini Dapat Menghindari Pria dari Kanker Prostat
* Orang tua dapat mengajukan beberapa pertanyaan untuk melihat kesiapan pihak sekolah memulai pembelajaran tatap muka.
* Orangtua dapat menanyakan status imunisasi guru dan petugas sekolah (sangat dianjurkan sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19)
* Anak yang dapat masuk sekolah adalah anak yang sudah diimunisasi COVID—19 lengkap 2 kali dan tanpa komorbid.
* Anak dengan komorbiditas dapat berkonsultasi dahulu dengan dokter spesialis anak.
* Orangtua segera melengkapi imunisasi rutin anak.
* Orangtua mempersiapkan kebutuhan penunjangnya seperti rencana transportasi, bekal makanan, dan air minum, masker, pembersih tangan, serta persiapan tindak lanjut apabila mendapat kabar dari sekolah bahwa anak sakit.
* Ajarkan anak untuk mengenali tanda dan gejala awal sakit serta melapor kepada guru apabila diri sendiri atau teman ada tanda gejala sakit.
* Untuk anak dibawah 6 tahun:
- Sekolah tatap muka belum dianjurkan sampai dinyatakan tidak ada kasus baru COVID-19 atau tidak ada peningkatan kasus baru.
Baca Juga: 5 Cara Cepat Mengatasi Gejala Masuk Angin di Rumah Tanpa Obat
- Sekolah dapat memberikan pembelajaran dengan metode daring dan mengaktifkan keterlibatan orang tua di rumah dalam kegiatan outdoor.
- Sekolah dan orangtua menciptakan kegiatan yang kreatif untuk anak.
* Untuk anak usia 6-11 tahun :
- Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan metode hybrid (50 persen luring, 50 persen daring) dalam kondisi tidak adanya peningkatan kasus COVID-19, tidak adanya transmisi lokal omicron di daerah tersebut
- Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan metode hybrid (50 persen daring, 50 persen luring outdoor) dalam kondisi masih ditemukan kasus COVID-19 namun positivity rate dibawah 8 persen, ditemukan transmisi lokal omicron yang masih dapat dikendalikan, fasilitas outdoor yang dianjurkan adalah halaman sekolah, taman, pusat olahraga, ruang publik terpadu ramah anak.
* Untuk anak usia 12-18 tahun :
- Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan 100 persen jika tidak ada peningkatan kasus COVID-19 dan tidak adanya transmisi lokal omicron di daerah tersebut.
- Pembelajaran metode hybrid (50 persen luring, 50 persen daring) dilakukan jika ditemukan kasus COVID-19 namun positivity rate di bawah 8 persen, ditemukan transmisi lokal omicron, yang masih dapat dikendalikan, anak, guru, dan petugas sekolah sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dan booster 100 persen.(*)
Baca Juga: Selain Tubuh Pendek, Ini 3 Efek Stunting dalam Kehidupan Anak