GridHEALTH.id -Alergi mata mempengaruhi sekitar 20% sampai 40% orang setiap tahun dan terus meningkat.
Alergen udara yang dihirup yang sama, yakni serbuk sari, bulu binatang, kotoran tungau debu, dan jamur yang memicu rinitis alergi dapat menyebabkan konjungtivitis alergi (radang konjungtiva, lapisan mata).
Kedua kondisi tersebut merupakan respons alergi yang dimediasi IgE. Tidak mengherankan bahwa orang dengan salah satu kondisi ini sering menderita yang lain juga. Sekitar 95% orang dengan konjungtivitis alergi memiliki rinitis alergi, menurut satu perkiraan.
Konjungtivitis alergi, juga disebut alergi mata, sebagian besar merupakan penyakit dewasa muda, karena gejalanya biasanya berkurang seiring bertambahnya usia.
Lebih dari separuh alergi mata bersifat musiman; sisanya abadi. Gejalanya adalah mata gatal dan merah, berair, edema (pembengkakan) pada konjungtiva atau kelopak mata, dan keluarnya lendir.
Meskipun mungkin tidak nyaman, konjungtivitis alergi tanpa komplikasi bukanlah ancaman bagi penglihatan.
Mata kering, paling sering terlihat pada orang tua, adalah suatu kondisi yang menyerupai konjungtivitis alergi tetapi sebenarnya merupakan tanda mata yang teriritasi.
Mata kering juga bisa hidup berdampingan dengan konjungtivitis alergi. Penderitaan secara paradoks menyebabkan robekan yang berlebihan, karena penuaan menyebabkan penurunan komposisi air mata.
Air mata "muda" kental seperti minyak dan melumasi mata dengan baik, sedangkan air mata "tua" tipis dan berair.
Baca Juga: Keratokonjungtivitis Vernalis, Gangguan Mata Akibat Alergi, Ini Cara Penanganannya
Baca Juga: Healthy Move. Latihan Untuk Punggung Tegak dengan Hiperekstensi
Saat mata berjuang untuk mengatasi iritasi yang meningkat yang disebabkan oleh gesekan kelopak mata, hasilnya adalah air mata yang meluap-luap. Mata kering sering diatasi dengan penggunaan tetes mata pelumas yang dijual bebas secara teratur.