GridHEALTH.id – Daerah organ kewanitaan merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sensitif.
Sehingga kerap kali mengalami masalah kesehatan, seperti gatal, perih, hingga pembengkakan pada vagina.
Melansir Buoy Health, vagina bengkak terjadi saat cairan menumpuk di jaringan tubuh. Pembengkakan yang terjadi di organ intim, biasanya sulit untuk dirasakan sehingga sering terlewatkan.
Namun, vagina bengkak biasanya juga diikuti oleh gejala-gejala tertentu yang bisa menjadi salah satu cara untuk mengindetifikasi masalah kesehatan ini.
Seorang wanita mungkin akan merasakan nyeri di area vaginanya, yang diikuti oleh keputihan dan iritasi atau gatal.
Selain itu, gejala yang menyertai kondisi ini seperti sering buang air kecil, muncul sensasi terbakar ketika urin keluar, ditemukan benjolan di organ intim, dan nyeri saat berhubungan seksual.
Penyebab dari vagina bengkak cukup beragam, mulai dari infeksi hingga reaksi alergi. Dilansir dari Flo Health, berikut adalah sederet alasan vagina mengalami pembengkakan.
Penyebab umum vagina bengkak adalah infeksi bakteri, yang juga disebut kandidiasis. Ini terjadi saat jamur tumbuh berlebihan di vagina, menyebabkan peradangan di dinding mukosa.
Baca Juga: Sering Disepelekan, 5 Kebiasaan Ini Berisiko Sebabkan Infeksi Jamur di Vagina
Ini merupakan masalah kesehatan yang sangat umum terjadi, dialami oleh sekitar tiga hingga empat wanita.
Infeksi jamur biasanya ditanangani dnegan menggunakan obat anti jamur. Jika infeksi terjadi berulang, bicaralah ke dokter mengenai penyebab dasar kondisi ini.
2. Kista Bartholin
Meskipun jarang, kista Bartholin kadang-kadang juga menyebabkan bibir vagina bengkak. Sering kali disertai dengan gejala kemerahan, nyeri, dan panas jika terinfeksi dan membentuk abses.
Kelenjar Bartholin berada di kedua sisi lubang vagina. Terkadang, saluran di sepanjang salah satu kelenjar dapat tersumbat dan terjadilah penumpukan cairan, yang membentuk kista.
Awalnya kista ini tidak menyakitkan, Namun, saat tumbuh semakin besar, maka akan menimbulkan rasa sakit di vulva ketika wanita duduk, berjalan, atau berhubungan intim.
3. Reaksi alergi
Vagina bengkak juga bisa terjadi akibat reaksi alergi dan bahan kimia sering menjadi pemicunya. Misalnya, penggunaan detergen, sabun, ataupun tampon dan pembalut.
Jika curiga salah satu produk yang digunakan menimbulkan reaksi alergi, maka segera hentikan penggunaannya dan perhatikan selama beberapa waktu apakah pembengkakan mereda.
Baca Juga: 4 Penyebab Vagina Nyeri saat Hamil dan Cara Tepat Mengatasinya
Selain itu, bisa juga menggunakan antihistamin atau krim glukooritikoid yang dijual bebas untuk mengurangi pembengkakan.
4. Trikomoniasis
Infeksi menular seksual, seperti trikomoniasis, dapat menyebabkan vagina bengkak. Lebih dari tiga juta wanita di seluruh dunia mengalami kondisi ini.
Meskipun kebanyakan kasus trikomoniasis tidak disertai dengan gejala apa pun, tapi beberapa wanita juga mungkin mengalami pembengkakan.
Trikomoniasis ditandai dengan nyeri saat buang air kecil, rasa terbakar di vagina atau kemerahan, aroma yang kuat dari keputihan yang berwarna bening, abu-abu, kuning, atau kehijauan.
Jika mengalami gejala-gejala trikomoniasis, bicara kepada dokter, yang biasanya mengatasi infeksi dengan antibiotik.
5. Kehamilan
Vulva yang bengkak menjadi salah satu bagian dari kehamilan. Ini karena rahim yang tumbuh, memberikan tekanan pada vena di panggul dan pembuluh limfatik.
Untuk menangani pembengkakan saat hamil, sering-seringlah istirahat dan ganjal tubuh bagian bawah dengan menggunakan bantalan.
Ibu hamil juga bisa memakai stoking atau kaus kaki kompresi di siang hari, sebagai cara untuk mengurangi pembengkakan di kaki maupun vagina.
Baca Juga: 4 Pengobatan Rumahan untuk Atasi Vagina Lecet Usai Bersenggama