Di mana menunjukkan pil tersebut hampir 90% ampuh mencegah rawat inap atau kematian pada pasien Covid-19 berisiko tinggi penyakit parah ketika mengonsumsi lima hari Paxlovid tak lama setelah muncul gejala.
"Meski kami kecewa dengan hasil riset khusus ini, hasil ini tidak berdampak besar pada efikasi dan data keamanan yang kami amati dalam uji coba kami sebelumnya untuk pengobatan pasien Covid-19."
Demikian yang dikatakan Kepala Eksekutif Pfizer Albert Bourlake pada Reuters.
Pfizer mengungkapkan Paxlovid yang terdiri atas dua antivirus berbeda saat ini mengantongi izin bersyarat atau penggunaan darurat di lebih dari 60 negara di dunia untuk mengobati pasien Covid-19 berisiko tinggi.
Diberitakan GridHEALTH.id (16/12/2021) sebelumnya, Pfizer Inc. menyatakan berdasarkan hasil studi, obat antivirus paxlovid dapat menurunkan risiko perburukan hingga rawat inap dan kematian hingga 89%.
Tak seorang pun dalam uji coba yang menerima pengobatan Pfizer meninggal, dibandingkan dengan 12 kematian di antara penerima plasebo.
Pfizer juga merilis data awal dari uji klinis kedua yang menunjukkan bahwa pengobatan tersebut mengurangi rawat inap sekitar 70% pada sekitar 600 orang dewasa berisiko standar.
Baca Juga: Inilah Obat Covid-19 yang Bisa Netralkan Subvarian Omicron, Produksi AstaraZeneca
"Ini adalah hasil yang menakjubkan," kata Chief Scientific Officer Pfizer Mikael Dolsten dalam wawancara pada Rabu (14/12/2021) kepada AFP.
"Kita berbicara tentang jumlah nyawa yang diselamatkan dan rawat inap yang dicegah. Dan tentu saja, jika kita menyebarkan ini dengan cepat setelah infeksi, kita cenderung mengurangi penularan secara dramatis," kata Dolsten.(*)
Baca Juga: Terapi Minum Minyak Kayu Putih untuk Obat Covid-19, Benarkah?