GridHEALTH.id - Kabar kurang baik datang dari produsen Pfizer.
Dimana perusahaan farmasi tersebut megumumkan bahwa obat Covid-19 buatannya tidak cukup ampuh mencegah infeksi pada orang yang tinggal dengan pasien Covid-19.
Dilansir dari Reuters (30/4/2022), obat covid-19 produksi Pfizer tersebut diketahui sebagai antivirus Paxlovid.
Obat tersebut dinyatakan tidak ampuh cegah infeksi berdasarkan uji coba besar-besaran yang dilakukan Pfizer.
Pengujian ini melibatkan partisipan setidaknya 3.000 orang dewasa.
Para partisipan merupakan anggota keluarga terpapar oleh seseorang yang mengalami gejala dan baru-baru ini dinyatakan positif Covid-19.
Mereka kemudian diberikan Paxlovid selama 5-10 hari atau plasebo.
Partisipan yang masuk kelompok lima hari ditemukan 32% lebih kecil kemungkinannya terinfeksi dibanding kelompok plasebo.
Angka itu naik menjadi 37% di kelompok 10 hari.
Baca Juga: Cegah Penularan Covid-19 di Kampung Halaman, Ini 4 Salam Pengganti Jabat Tangan Saat Lebaran
Akan tetapi, hasil statistiknya tidak signifikan dan mungkin hanya kebetulan.
Pfizer menyebutkan data keamanan dalam uji coba tersebut konsisten dengan riset-riset sebelumnya.
Di mana menunjukkan pil tersebut hampir 90% ampuh mencegah rawat inap atau kematian pada pasien Covid-19 berisiko tinggi penyakit parah ketika mengonsumsi lima hari Paxlovid tak lama setelah muncul gejala.
"Meski kami kecewa dengan hasil riset khusus ini, hasil ini tidak berdampak besar pada efikasi dan data keamanan yang kami amati dalam uji coba kami sebelumnya untuk pengobatan pasien Covid-19."
Demikian yang dikatakan Kepala Eksekutif Pfizer Albert Bourlake pada Reuters.
Pfizer mengungkapkan Paxlovid yang terdiri atas dua antivirus berbeda saat ini mengantongi izin bersyarat atau penggunaan darurat di lebih dari 60 negara di dunia untuk mengobati pasien Covid-19 berisiko tinggi.
Diberitakan GridHEALTH.id (16/12/2021) sebelumnya, Pfizer Inc. menyatakan berdasarkan hasil studi, obat antivirus paxlovid dapat menurunkan risiko perburukan hingga rawat inap dan kematian hingga 89%.
Tak seorang pun dalam uji coba yang menerima pengobatan Pfizer meninggal, dibandingkan dengan 12 kematian di antara penerima plasebo.
Pfizer juga merilis data awal dari uji klinis kedua yang menunjukkan bahwa pengobatan tersebut mengurangi rawat inap sekitar 70% pada sekitar 600 orang dewasa berisiko standar.
Baca Juga: Inilah Obat Covid-19 yang Bisa Netralkan Subvarian Omicron, Produksi AstaraZeneca
"Ini adalah hasil yang menakjubkan," kata Chief Scientific Officer Pfizer Mikael Dolsten dalam wawancara pada Rabu (14/12/2021) kepada AFP.
"Kita berbicara tentang jumlah nyawa yang diselamatkan dan rawat inap yang dicegah. Dan tentu saja, jika kita menyebarkan ini dengan cepat setelah infeksi, kita cenderung mengurangi penularan secara dramatis," kata Dolsten.(*)
Baca Juga: Terapi Minum Minyak Kayu Putih untuk Obat Covid-19, Benarkah?