Namun, studi tersebut juga mengatakan bahwa akses vaksinasi dan antivirus yang memadai, bisa menjaga implementasi intervensi non-farmasi.
Sehingga bisa mencegah terjadinya kewalahan pada sistem kesehatan. Ini tentunya dapat menjadi fokus dalam penentuan kebijakan masa depan.
Otoritas China tak bisa menghentikan kebijakan ini dalam waktu dekat, karena cakupan vaksinasi tidak mencukupi dan sumber daya kesehatan yang tidak merata di seluruh negeri.
Pakar kesehatan menyetujui hal itu, tapi analisis China khawatir pihak pemerintah mundur diam-diam tanpa mau mengakui bahwa kebijakan yang dijalankan gagal.
Setelah sempat meningkat pada pertengahan April lalu, kasus Covid-19 di China perlahan-lahan mulai mengalami penurunan.
Hanya saja, virus tersebut terus menyebar ke berbagai provinsi. Kasus Covid-19 terbaru sebanyak 1.905 pasien, dengan 302 orang memiliki gejala.
Sebagian besar kasus masih ditemukan di Shanghai, yang telah menerapkan kebijakan lockdown lebih dari dua bulan lamanya.
Baca Juga: Penyebab Sri Mulyani Terinfeksi Covid-19, Gegaranya 3 Hal Utama Ini