Mengenai hal tersebut, Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban angkat bicara.
Menurutnya hipotesis bahwa Hepatitis misterius terkait dengan vaksinasi COVID-19 belum didukung fakta.
"Hipotesis ini tidak didukung data, karena sebagian besar anak-anak yang terkena hepatitis misterius ini justru belum menerima vaksinasi COVID-19," kata Zubairi Djoerban, Selasa (3/5/2022) dikutip dari Antara.
Fakta dari Wamenkes Prihal Penyebab Hepatitis Akut
Mengenai penyebab infeksi hepatitis akut, menurut Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono:Hipotesis pertama, sebanyak 74 persen dari total 614 pasien di sejumlah negara positif mengandung Adenovirus.
Baca Juga: 6 Bumbu Dapur Ini Ternyata Efektif Turunkan Gula Darah Tinggi, Boleh Dicoba
"Adenovirus sebagai salah satu hipotesis penyebab hepatitis akut misterius disebabkan karena 74 persen dari total 614 yang terkena, positif Adenovirus, tapi tidak semua Adenovirus," kata Dante Saksono Harbuwono saat sesi tanya jawab dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX DPR RI di Senayan, Jakarta, Senin (23/5/2022) dikutip dari Antara.Dante mengatakan, para ahli kesehatan dunia juga terus mendalami 74 persen strain Adenovirus yang dialami pasien untuk memastikan secara klinis sebagai partner konfirmasi dalam kasus hepatitis misterius.Hipotesis kedua, terkait penyebab hepatitis akut misterius pada anak di bawah umur 16 diakibatkan oleh sindrom SARS-CoV-2 usai infeksi yang belum diketahui sebelumnya.
Hepotesis ketiga, menurut Dante adalah hipotesis akibat pengaruh obat, racun atau paparan lingkungan."Dalam fenomena one health, obat, racun dan paparan lingkungan terutama dari hewan bisa sebabkan penularan pada manusia. Sehingga mungkin hepatitis misterius diakibatkan itu," katanya.Berikutnya adalah patogen baru yang belum diketahui dan kelima adalah hipotesis varian baru SARS-CoV-2 yang mungkin muncul dan masih terus diteliti.
Langkah Kementerian Kesehatan RIUntuk itu, kini menurut Dante, Kemenkes melakukan pemeriksaan terhadap dugaan kasus hepatitis akut misterius melalui sejumlah panel, di antaranya saluran napas, gastrointestinal (saluran cerna) dan hepatitis A, B, C serta E.
Seluruhnya dilakukan secara simultan.
Baca Juga: Risiko Penyakit Parkinson Meningkat Saat Terinfeksi Covid-19, Studi
"Kita tetap melakukan evaluasi sendiri dengan juga melakukan pemeriksaan panel-panel tersebut," jelasnya.Dante mengatakan seluruh hasil pemeriksaan panel terhadap dugaan kasus tersebut di Indonesia juga dikoordinasikan dengan sejumlah otoritas terkait di dunia, di antaranya Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat maupun World Health Organization (WHO).Untuk diketahui, Kementerian Kesehatan hingga 17 Mei 2022 telah mendata 14 kasus dugaan hepatitis, yang meliputi satu kasus di Sumatera Utara, satu kasus di Sumatera Barat, tujuh kasus di DKI Jakarta, satu kasus di Jambi, dan tiga kasus di Jawa Timur.Menurut data Kementerian Kesehatan, tujuh kasus dugaan hepatitis ditemukan pada anak berusia di bawah lima tahun, dua kasus ditemukan pada anak usia enam sampai 10 tahun, dan lima kasus ditemukan pada anak usia 11 sampai 16 tahun.
Pemerintah pun melakukan surveilans, analisis patogen untuk mengetahui varian virus, dan pendataan kasus serta menyusun pedoman tata laksana penanganan kasus dan menunjuk laboratorium untuk memeriksa sampel dari pasien-pasien yang diduga terserang hepatitis akut.
Terkahir, masyarakat harus jaga diri dengan baik. PHBS ampuh mencegah infeksi hepatitis akut misterius ini.(*)
Baca Juga: Dokter Zaidul Akbar: 3 Makanan Ini Bisa Sebabkan Perut Buncit, Kolesterol Tinggi, dan Asam Urat