"Ini mengindikasikan bahwa virus mulai menyebar pada orang-orang yang bekerja di pasar, tapi lalau mulai menyebar ke masyarakat lokal," jelas Michael Worobey.
Kristian Andersen mengatakan, ada kasus Covid-19 di dalam pasar dan terjadi di tempat yang sangat spesifik.
Tempat di mana rata-rata hewan liar seperti anjing rakun, yang rentan terhadap infeksi virus corona dijual.
Melansir DW.com, Jumat (29/7/2022), studi yang lainnya melihat perbedaan yang jelas dalam evolusi awal virus. Para ilmuwan menemukan ada dua garis keturunan A dan B, dari virus di awal pandemi.
Mereka menggunakan teknik analisis jam molekuler, untuk menghitung mutasi genetik untuk membangun garis waktu evolusi.
Nah, hasilnya menunjukkan kedua garis penularan berawal dari hewan di pasar ke manusia, pada kesempatan yang berbeda.
Dari analisis, para peneliti menemukan bahwa tidak mungkin ada penularan antar manusia pada November 2019.
Baca Juga: Efek Samping Long Covid pada Pria, Gairah Seksual Menurun Hingga Disfungsi Ereksi
Banyak ilmuwan yang percaya kalau virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 menular dari kelelawar ke manusia, baik secara langsung atau lewat hewan lain.
Namun pada Juni lalu, WHO menyebutkan ada kemungkinan virus ini bocor dari laboratorium tanpa sengaja. Tentu, ini mengundang kritikan.
"Apakah kami telah menyangkal teori kebocoran lab? Tidak, kami belum (menyangkalnya)," tutur Kristian Andersen.
"Tapi saya pikir yang benar-benar penting di sini adalah skenario yang mungkin dan ada skenario yang masuk akal, serta sangat penting untuk memahami bahwa kemungkinan tidak berarti kebenaran," jelasnya.
Meski pandemi Covid-19 sudah berjalan lama, tapi asal usul virus SARS-CoV-2 masih sering dipertanyakan. (*)