Pertama, segera laporkan ke Dinas Kesehatan setempat apabila terdapat kasus sesuai dengan kriteria suspek atau probable cacar monyet.
Kedua, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan klinis dalam pendekatan diagnosis serta tata laksana cacar monyet untuk meningkatkan kewaspadaan pada pasien dengan gejala klinis sesuai dengan cacar monyet dan mencegah komplikasi.
Ketiga, melakukan edukasi terhadap masyarakat mengenai tanda gejala, penularan, dan pencegahan infeksi cacar monyet.
Keempat, mendukung dilakukannya contact tracing apabila ada kasus dengan konfirmasi cacar monyet untuk menurunkan risiko penyebaran infeksi cacar monyet.
Kelima, tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap ketika menangani pasien dengan kecurigaan cacar monyet, seperti mengenakan masker, serta membersihkan benda dan permukaan yang telah disentuh pasien.
Gejala cacar monyet umumnya berupa ruam yang muncul pun seperti cacar pada umumnya dan diawali pada bagian wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Sejauh ini, pengobatan yang tepat masih terus dilakukan pengujian di dunia, meskipun WHO dan CDC telah memberikan dua jenis rekomendasi vaksin untuk cacar monyet, yaitu JYNNEOS dan ACAM2000.
Di Indonesia sendiri, pemakaian vaksin sebagai salah satu pengobatan dari cacar monyet masih terus diuji dan belum mendapatkan izin dari BPOM.
Baca Juga: Bikin Langsing sampai Mata Jadi Sehat, 5 Manfaat Buah Kedondong
Sehingga masyarakat diminta untuk lebih bersiap dalam melakukan pencegahan dibandingkan dengan pengobatan.
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyebaran cacar monyet adalah sama dengan pencegahan yang dilakukan pada penyakit infeksi menular lainnya.
Dengan cara menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), menjaga imunitas diri, terus menerapkan protokol kesehatan, karena penyakit infeksi memiliki sifat yang tidak begitu menular jika imunitas masyarakat tetap baik.(*)