GridHEALTH.id - Hingga saat ini pemerintah belum mejyatakan secara resmi adanya kasus cacar monyet alias monkeypox di Indonesia.
Adapun kasus yang di temukan di Jawa Tengah, hingga berita ini diturunkan masih dalam status suspek.
Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril, pasien suspek cacar monyet di Jawa Tengah tersebut akan menjalani pemeriksaan laboratorium PCR.
Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien tersebut disebabkan oleh virus cacar monyet atau bukan. "Bisa saja hanya cacar biasa atau penyakit lain bukan monkeypox," ungkap Syahril, dilansir dari Kompas.com (03/08/2022). Selain menjalani serangkaian pemeriksaan, pasien juga telah dirawat secara isolasi di rumah sakit.
Syahril menghimbau kepada masyarakat untuk segera melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala yang menyerupai cacar monyet.
Prihal gejala cacar monyet, dari 185 kasus yang diterbitkan dalam British Journal Dermatology telah mengidentifikasi gejala kulit baru yang terkait dengan cacar monyet.
Koordinator penelitian dari Spanish Academy of Dermatology, dr Ignacio Garcia Doval, mengatakan gejala kulit baru itu disebut juga sebagai pseudo-pustula.
Baca Juga: 5 Tips untuk Ibu dengan Puting Masuk ke Dalam Bisa Sukses Menyusui ASI
Ini termasuk gejala yang tidak biasa dan ada bukti bahwa itu disebabkan oleh kontak kulit ke kulit saat berhubungan seks.“Bukan ruam umum yang terlihat pada kasus sebelumnya, kasus-kasus baru-baru ini cenderung memiliki lesi kulit yang jauh lebih sedikit, sering kali di satu lokasi,” kata dia seperti dilansir laman Mirror, Kamis (4/8/2022).Apa itu pseudo-pustula cacar monyet?
Untuk diketahui, Cacar Monyet berasal dari keluarga virus yang sama dengan penyebab cacar.
Kondisinya sering digambarkan sebagai penyebab pustula, yang merupakan lesi berisi nanah.
Tapi kini ahli telah melihat tanda baru yang muncul di kulit yaitu pseudo-pustula.Pseudo-pustula mirip dengan pustula, bedanya itu berwarna putih, padat, dan sebenarnya tidak mengandung nanah.
Jika lapisan atas pustula dapat dikorek untuk mengeluarkan nanah di dalamnya, itu tidak mungkin dengan pseudo-pustula.
Ini berarti, dilansir dari Republika.co.id (4/08/2022), bahwa lesi dari pseudo-pustula dapat menyebabkan bisul.
Lesi ini umumnya berkeropeng, dan infeksi sembuh dalam dua sampai empat minggu. Mungkin ada jaringan parut sekunder dari ruam karena pustula bisa menjadi sangat gatal.
Namun, komplikasi dapat terjadi pada beberapa orang termasuk ensefalitis, pneumonia, infeksi kulit bakteri sekunder, serta kehilangan penglihatan.
Bayi, anak-anak, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah memiliki risiko lebih besar terkena komplikasi cacar monyet.
Ada pun gejala umum infeksi cacar monyet:
* Sakit kepala
* Demam tinggi hingga lebih dari 38,5 derajat celcius
* Limfadenopati
* Nyeri otot atau myalgia
* Sakit punggung
Baca Juga: Kehamilan Tidak Direncanakan Meningkat, Berisiko Sebabkan Anak Stunting
* Tubuh merasa lemah atau asthenia
* Muncul lesi cacar atau benjolan berisi air pada seluruh tubuh. "Segera periksa ke rumah sakit atau puskesmas," ujar Syahril. Perlu diingat, dikutip dari laman Kemenkes, gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air.
Perbedaan utama antara keduanya adalah cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak. Pada tahap awal sekitar 1 sampai 3 hari setelah munculnya demam, penderita akan mengalami ruam yang dimulai dari wajah hingga menyebar ke bagian tubuh lain.
Penyakit cacar monyet biasanya berlangsung selama 2-4 minggu setelah gejala awal terjadi. Menurut WHO, cacar monyet telah terbukti menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terinfeksi di Afrika.(*)
Baca Juga: Manfaat Habbatusauda, Obat Segala Penyakit Menurut Rassulullah SAW