Find Us On Social Media :

Virus Langya Terdeteksi di 3 Hewan Ini yang dekat dengan Manusia

Virus Langya yang menular dari hewan ke manusia di temukan terbanyak dari tikus.

GridHEALTH.id - Lagi-lagi wabah virus dari China. Kini dunia tengah dihebohkan oleh munculny avirus baru di China yang kabarnya tengah mewabah.

Virus tersbut lagi-lagi virus dari hewan yang menular kemanusia.

Virus yang baru teridentifikasi ini disebut virus Langya.

Gejala seseorang terinfeksi virus langya, mirip infeksi virus pada umumnya, demam, kelelahan, batuk, sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, mual dan muntah. Kelelahan adalah gejala yang paling umum.

Manusia yang terinfeksi virus Langya dilaporkan mengalami sel darah putih lebih rendah.

Untuk diketahui, virus ini, Langya henipavirus (LayV) adalah salah satu jenis dari Zoonosis Henipavirus yang masih satu spesies dengan virus Hendra dan Nipah.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan Henipavirus sebagai ancaman tingkat keamanan hayati 4.Meski demikian, sejauh ini tak ada kematian yang dilaporkan dari virus LayV ini.Dikutip dari Independent, virus ini pertama kali diidentifikasi di provinsi Shandonng dan Henan, China.

Baca Juga: Anak Demam Setelah Imunisasi, Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Penyebutan virus ini pertama kali muncul pada penelitian yang berjudul “Zoonotic Henipavirus pada pasien demam di China".Penelitian itu telah terbit pada jurnal New England Journal of Medicine.Melansir dari The Guardian, (10/08/2022, para ilmuwan dan otoritas kesehatan Taiwan yang sekarang juga ikut memantau penyebarannya, para peneliti menguji hewan liar dan menemukan RNA virus LayV di lebih dari seperempat dari 262 tikus.

Ini sebuah temuan yang menunjukkan bahwa tikus tersebut mungkin merupakan reservoir alami.

Virus Langya ini juga terdeteksi pada 2 persen kambing domestik dan 5 persen anjing.Investigasi awal terhadap virus diuraikan dalam korespondensi yang diterbitkan oleh para ilmuwan dari China, Singapura dan Australia di New England Journal of Medicine (NEJM) minggu lalu.Hingga kini, tidak ada kematian akibat LayV.

Prof Wang Linfa dari Duke-NUS Medical School, rekan penulis makalah NEJM mengatakan kepada Global Times yang dikelola pemerintah, bahwa kasus LayV sejauh ini tidak fatal atau sangat serius.

Oleh karenanya virus ini tidak perlu membuat panik orang-orang.