Baca Juga: Cara Cepat Mengatasi Sariawan pada Bayi, Kenali Penyebabnya
Dijelaskan kalau Skrining Hipotiroid Kongenital, dilakuakn dengan mengambil sampel darah yang asalnya dari tumit bayi.
Skrining bisa dilakukan saat bayi berusia minimal 48 sampai 72 jam (2-3 hari) dan paling lambat 2 minggu. Pengambilan sampel harus dilakukan oleh tenaga kesehatan di layanan Kesehatan Ibu dan Anak.
Sampel darah yang diambil dari tumit sebanyak 2-3 tetes, kemudian akan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa.
Bila hasil pemeriksaan dinyatakan positif, maka bayi perlu segera mendapatkan pengobatan sebelum memasuki usia 1 bulan.
Pengobatan sedini mungkin penting dilakukan agar anak tidak mengalami kecacatan, gangguan tumbuh kembang, serta mengalami keterbelakangan mental dan kognitif.
“Setetes darah tumit menyelamatkan hidup anak-anak bangsa. Karena begitu kita tahu kadar tiroidnya rendah langsung kita obati. Pengobatannya bisa berlangsung seumur hidup supaya mereka bisa tumbuh dan berkembang secara optimal,” jelas Dante.
Di Indonesia, Skrining Hipotiroid Kongenital bukan program baru dan sudah mulai dijalankan sejak 2008 lalu. Hanya saja, cakupannya masih belum maksimal.
Gejala Hipotiroid Kongenital
Melansir laman American Thyroid Association, karena terjadi sejak lahir, maka gejalanya sulit terdeteksi. Skrining satu-satunya cara untuk mengetahui apakah anak memiliki risiko atau tidak.
Namun, beberapa bayi mungkin menunjukkan gejala tertentu seperti berikut:
* Wajah yang tampak sembab