Find Us On Social Media :

Urutan Ketiga di Dunia, Kenapa Kasus TBC di Indonesia Senyap Dibanding Covid-19?

Stigma yang ada pada masyarakat, membuat laporan kasus TBC terbilang senyap.

Dibandingkan pada 2019 (7,1 juta notifikasi), terjadi penurunan update kasus TBC pada 2020 sebesar 18%. Sehingga yang tercatat 5,8 juta kasus saja.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Menurut dokter Erlina, terdapat beberapa hal yang menjadi pemicunya.

"Notifikasi rendah (salah satu faktornya) karena layanan kesehatan terbebani, sibuk dengan Covid-19," ujarnya dalam peluncuran hotline Kesehatan Mental Pasien TBC di RSUI, Senin (10/10/2022).

Tingginya angka infeksi Covid-19 dua tahun yang lalu, membuat perhatian tersedot dan data pasien TBC yang diinput tidak realtime.

"Masyarakat juga tidak mau ke rumah sakit, khawatir tertular (Covid-19) dan ada stigma masyarakat," jelasnya.

Walaupun tahu kalau penyakit TBC bisa disembuhkan dan bahkan dapat dicegah, tapi bila terdiagnosis cenderung merasa malu.

Belajar dari penanganan Covid-19

Tingginya angka kasus TBC di Indonesia, membuat penanagananya perlu berkaca dari kejadian Covid-19.

Seperti yang diketahui, selama dua tahun terakhir seluruh stakeholder, tenaga kesehatan, hingga masyarakat berusaha melawan infeksi yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 itu.

Sehingga saat ini, kasusnya mulai membaik dan kematian yang terjadi terbilang cukup rendah.

Sedangkan tuberkulosis kasus kematian masih tinggi, sekitar 11 orang per jam.

"TBC merupakan penyakit yang bisa disembuhkan dan bisa dicegah. Jadi kita perlu meningkatkan (kepedulian) masyarakat agama dan budaya, serta institusi pendidikan," jelasnya.

"Supaya masyarakat tahu, kalau dia batuk, batuk itu nggak normal. Orang normal nggak batuk. Batuk itu karena ada sesuatu. Oleh sebab itu kalau batuk, mencari pertolongan," pungkas dokter Erlina. (*)

Baca Juga: Sempat Tunda Kehamilan Demi Sembuhkan Penyakitnya, Ketahuilah Penyakit TBC Kelenjar yang Diidap Fitri Tropica hingga Harus Lakukan Pengobatan Rutin