Find Us On Social Media :

Derita Bocah Perempuan 10 Tahun yang Harus Alami Gizi Buruk Dengan BB 13 Kg, Satu Dari Jutaan Anak Indonesia yang Mengalaminya

Eri Shinta, bocah 10 tahun yang mengalami gizi buruk, satu dari jutaan anak Indonesia.

GridHEALTH.id – UNICEF Indonesia menyebutkan belum ada peningkatan khusus terkait status gizi anak-anak di Indonesia, yang artinya masalah gizi masih menjadi salah satu masalah utama yang mengintai anak Indonesia.

Tak dapat dipungkiri, pernyataan ini benar adanya, permasalahan gizi pada anak di Indonesia ada banyak macamnya, mulai dari stunting (bertubuh pendek), wasting (bertubuh kurus) yang seluruhnya diawali dengan gizi buruk, namun di sisi lain angka obesitas juga semakin meningkat.

Tantangan Indonesia saat ini tidak hanya anak Indonesia masih mengalami gizi buruk, namun juga obesitas pada anak, sehingga terjadi beban ganda malnutrisi, dimana adanya kekurangan dan kelebihan gizi.

Kisah Bocah Perempuan 10 Tahun Hanya Memiliki Berat 13 Kg

Prihal gizi buruk, terbaru datang dari kisah seorang bocah perempuan usia 10 tahun yang hanya memiliki berat badan hanya 13 kg, seperti yang diceritakan di Cirebon.tribunnews.com (30/10/2022).

Bocah ini adalah Eri Shinta, merupakan bocah kelima dan anak bungsu dari pasangan suami istri Wahyu dan Rasingkem, yang tinggal di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.

Dengan kondisinya saat ini, Eri diketahui belum bisa berbicara dan kesulitan berjalan, sehingga harus mengesot saat berpindah tempat.

Selain itu,  dilihat dari penampakan fisiknya, tubuhnya terlihat kurus kering dan hanya menyisakan tulang serta kulit.

Kondisi tersebut sungguh miris di tengah gemerlapnya perkembangan zaman, masih ada kisah seperti ini.

Mirisnya lagi, bocah perempuan ini harus kehilangan ibunya di masa-masa tumbuh kembangnya, “Kalau ibunya sekarang sudah tidak ada, sudah meninggal dunia hampir dua tahun lalu,” kata Ayahnya, Wahyu mengutip dari Tribuncirebon.com (30/10/2022).

Wahyu menjelaskan lebih lanjut, karena kebatasan ekonomi membuat pertumbahan Eri tidak seperti anak pada umumnya, sehingga dirinya tidak memungkiri anaknya mengalami gizi buruk.

Ayah Eri diketahui bekerja sebagai buruh tani dan harus menghidupi kelima anaknya dengan seadanya, untuk tempat tinggal pun mereka harus hidup mengontrak di rumah tidak layak huni berdinding batu bata, bahkan tidak memiliki kasur dan hanya tidur beralaskan tikar.