Find Us On Social Media :

Maraknya Pernikahan Usia Dini Sebabkan Angka Stunting Masih Tinggi

Pernikahan usia dini sebabkan angka stunting di Indonesia tinggi. Padahal stunting sebabkan gagal tumbuh, dan ibi merugikan bangsa dan negara.

Walaupun terlihat adanya penurunan angka stunting, tapi masih ada 127 dari 265 desa dengan prevalensi di atas 14 persen.

Apa penyebab stunting masih tinggi?

Dyah yang juga merupakan istri Bupati Wonosobo, mengatakan kondisi ini disebabkan oleh banyak hal.

Tak hanya pengaruh gizi, tapi juga berkaitan dengan pola hidup sehari-hari yang dijalani oleh masyarakat.

Pertama, dari hasil riset yang dilakukan bersama sejumlah pihak, pola asuh menjadi pemicunya.

Kedua, pernikahan dini, di mana pengantin masih berusia di bawah 19 tahun.

"Pada 2021 jumlah perkawinan amak masih di angka 476 dan sampai update terakhir dari Pengadilan Agama, perkawinan anak bulan ini sudah 320," jelasnya.

Ketiga, masih banyak remaja putri yang tidak paham mengenai reproduksi yang sehat dan pola makan yang masih belum baik.

"Beberapa waktu lalu, kami melaksanakan cek HB kepada remaja-remaja di salah satu sekolah. Ternyata dari remaja putri yang kita cek HB-nya, itu 60 persen anemia," tutur Dyah.

Anemia adalah kondisi kurangnya sel darah merah pada tubuh, yang mengakibatkan tubuh lemas dan bila dibiarkan terutama pada wanita, berkaitan dengan stunting.

Keempat, kurangnya alat ukur dan sumber daya manusia. Alat dibutuhkan untuk skrining stunting dan jumlahnya masih terbatas.

Dikhawatirkan penyebab anak stunting masih tinggi di Kabupaten Wonosobo, karena kurang akuratnya alat yang ada dan SDM-nya pun masih membutuhkan edukasi lebih untuk memaksimalkan upaya tumbuh kembang anak. (*)

Baca Juga: Si IMUT yang Bisa Berantas Stunting di Indonesia, Mulai Dijalankan di Sumatera Utara