Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, kelainan ini menyebabkan testis tidak berada di kantong skrotum saat bayi lahir, tetapi masih berada di dalam salurannya.
2. Faktor keturunan
Dikutip dari Cleveland Clinic, pria memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan tumor testis apabila memiliki ayah atau saudara laki-laki yang mengidap tumor atau kanker testis.
Selain itu, sindrom klinefelter yang bersifat menurun dalam keluarga juga dapat meningkatkan risiko penyakit ini.
3. Mutasi DNA tertentu
Tumor testis terjadi ketika ada perubahan DNA yang membuat onkogen lebih aktif atau mematikan supresor tumor di organ reproduksi ini.
Terlepas dari penyebab tumor testis, masalah kesehatan ini paling sering menyerang pria berusia 25 sampai 45 tahun.
Jenis yang paling umum diderita pria adalah tumor seminoma testis.
Pentingnya mendeteksi lebih awal penyebaran tumor ini berguna untuk mencegahnya lebih cepat.
Selain itu, peluang untuk sembuh juga lebih besar.(*)