GridHEALTH.id - Mandi adalah kebutuhan setiap manusia, dengan mandi tubuh akan bersih dan tentunya segar.
Orang Indonesia bisa mandi dua kali sehari, pagi hari dan sore hari. Ini tentu berbeda dengan orang yang hidup di iklim subtropis yang dingin.
Di iklim tropis, sepertihalnya di Indonesia, kita mudah sekali berkeingat, dan karenanya debu dan bakteri mudah menempel dan berkembang biak yang bisa saja merugikan. Karenanya kita sebagai orang Indonesi abutuh rutin mandi dua kali sehari.
Setiap mandi, kita butuh air. Tapi bagaimana jika dalam kondisi darurat, misal saat dalam perjalanan yang sulit menemukan air yang cukup untuk mandi, atau saat melakukan ekspedisi outdoor, atau di saat bencana.
Tentunya ritual mandi jadi tidak bisa dilakukan. Alasannya karena tidak adanya air yang mencukupi untuk mandi.
Baca Juga: 3 Bahan Alami untuk Dijadikan Obat Tradisional Kanker Paru Pada Anak
Walau dalam kondisi darurat, sejatinya manusia butuh mandi, dan hal itu lah yang dirasakan oleh Fadila Maulia Suherman, Allisya Zahra Saadiya, Khairunnisa Dwi Rahmadhiani, dan Muhammad Zacky Prayudha.
Mereka adalah penemu dan pencipta sabun untuk mandi tanpa air, alias tidak perlu dibilas dengan air.
Fadila, selaku ketua tim peneliti mengatakan , latar belakang pembuatan sabun dry bath adalah karena keterbatasan air ketika mendaki gunung.
“Karena saya suka naik gunung, sehingga badan berkeringat, sedangkan sulit mencari air buat mandi, kalau bawa-bawa galon juga berat malah makin merepotkan. Tetapi, kita sebagai pendaki juga butuh mandi karena di alam bebas rentan terkena debu dan kotoran atau semacamnya,” ungkap Fadila.
Untuk diketahui, empat peneliti muda yang merupakan mahasiswa IPB University berhasil menciptakan sabun yang tidak perlu dibilas penggunaannya.