GridHEALTH.id – Indonesia masih memiliki tantangan dalam bidang kesehatan, secara khusus adalah bidang kardiovaskular.
Dimana penyakit jantung masih menjadi penyakit kedua terbesar setelah stroke di Indonesia, sehingga diperlukan intervensi kardiovaskular yang harus difokuskan.
Pentingnya Intervensi Kardiovaskular
Intervensi kardiovaskular perlu dilakukan sehingga penderita jantung dapat ditangani sebelum terlambat.
Seperti pada penderita serangan jantung yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat, serta membutuhkan layanan kesehatan tingkat lanjut, yaitu prosedur kateterisasi jantung dan pemasangan ring.
Menkes Budi menyebutkan tugas dari Presiden adalah meminta Kemenkes untuk melakukan transformasi kesehatan sebesar-besarnya atau kesehatan Indonesia tidak akan pernah membaik.
“Ini akan tidak enak, terutama buat pemain-pemain lama, mungkin juga buat senior-senior, tapi percayalah masa depan akan cerah,” tegas Menkes Budi Gunadi dalam kata sambutan pada acara pembukaan ISICAM 2022, Jumat pagi (25/11/2022).
Tantangan Intervensi Kardiovaskular
Bidang intervensi kardiovaskular di Indonesia masih mengalami tantangan dalam pelayanan kesahatan nasional, beberapa tantangannya yaitu:
- Kebutuhan pelayanan kateterisasi jantung dan pembuluh darah di Indonesia
- Rujukan nasional kardiovaskular
- Jejaring pelayanan intervensi kardiologi.
Semakin Canggih, Intervensi Kardiologi Dikembangkan di Indonesia
Sejalan dengan perkembangan ilmu serta teknologi, ditemukan inovasi selain pembedahan jantung, yaitu intervensi kardiologi dan prosedur ini sudah menjadi prosedur terapi rutin yang dilakukan di Indonesia.
Intervensi kardiologi adalah sisi ilmu kardiologi yang tak pernah berhenti, dimana saat ini intervensi kardiologi tidak hanya berkaitan dengan pemasangan ring pada kasus penyempitan pembuluh darah, namun juga berbagai prosedur intervensi non-bedah pada kasus-kasus penyakit jantung katup (valvuloplasty perkutan).
Salah satu cara ekselerasi yang dilakukan adalah dengan mengadakan pertemuan ilmiah bagi para dokter kardiologi dan perawat supaya memahami mengenai prosedur terbaru, hingga metode terbaru dalam menangani pasien kardiovaskular.
“Dalam simposium ini kita mempresentasikan banyak hal terkait dengan perkembangan penelitian, review, penggunaan alat yang modern dan tercanggih yang bisa dilaksanakan di Indonesia,” kata dr. Ismir Fahri, SpJP(K), FIHA selaku ketua panitia ISICAM 2022, pertemuan ilmiah dokter kardiologi dan perawat, dalam sambutannya di acara ISICAM 2022 pada Jumat pagi (25/11/2022).
Target Pemerintah Bersama Organisasi Profesi, PERKI
Dengan kedudukan penyakit jantung yang masih menjadi terbanyak kedua di Indonesia, membuat Kemenkes memfokuskan perbaikan dalam bidang medis ini, dengan mengajak organisasi profesi, dalam hal ini Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).
PERKI melalui pokja PIKI (Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia) menyambut baik tantangan ini.
“Tantangan buat kita (PIKI) dengan semangatnya bagaimana melayani Indonesia yang besar ini dengan sebaik-baiknya dan sama rata, serta tantangan bagi kita bagaimana PP PERKI, PIKI, dan kolegium untuk menyiapkan SDM, tapi bukan hanya jumlah tapi juga kualitas, ini yang paling penting karena yang dilayani adalah masyarakat,” kata Dr. dr. Doni Firman, SpJP(K), FIHA selaku ketua PIKI dalam kesempatan yang sama.
“Semoga PIKI dan PERKI makin berjaya untuk meningkatkan kualitas anggotanya dan memastikan masyarakat mendapatkan layanan terbaik dari dokter kardiologi intervensi dengan kualitas yang baik pula, tentunya dengan sokongan Pak Menteri Kesehatan (Menkes Budi Gunadi) beserta programnya,” lanjut dr. Doni. (*)
Baca Juga: Gejala Penyakit Jantung Bawaan Pada Bayi Bau Lahir, Bisakah Disembuhkan?