Find Us On Social Media :

Kisah Jimmy, Penyandang HIV/AIDS yang Sempat Putus Asa dan Akhirnya Jadi Relawan

Beginilah kisah penyintas HIV aids yang sempat putus asa lawan penyakitnya tersebut

GridHEALTH.id - Inilah kisah nyata penyintas HIV/ AIDS yang sempat putus asa untuk sembuhkan penyakit mematikan tersebut.

Sebelumnya, melansir dari theconversation.com, berita lonjakan kasus HIV di Kota Bandung saat ini mencapai sekitar 400 kasus per tahun.

Menurut data Kementerian Kesehatan, pada 2019 di Indonesia ada sekitar 50 ribu kasus HIV, kasus tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.

Sementara yang terdeteksi AIDS pada tahun itu sekitar 7.000 orang.

Jauhnya jarak angka antara angka HIV dan AIDS ini terjadi karena proses peralihan dari infeksi HIV ke AIDS membutuhkan waktu lima hingga sepuluh tahun.

Hal itu terjadi jika tidak ada tindakan medis seperti minum obat antiretroviral untuk mengendalikan jumlah virus HIV di tubuh.

Menjadi seorang penyintas HIV/AIDS tentunya jadi salah satu ketakutan terbesar.

Tak sedikit dari mereka yang sempat berputus asa dalam menjalani hidup.

Padahal, penyandang HIV/AIDS masih tetap bisa hidup layaknya orang-orang biasa, tentunya dengan niat dan kemauan besar agar bisa bangkit dan melawan penyakit yang belum ditemukan obatnya itu.Seperti halnya Yana Sunarya (42) atau yang akrab disapa Jimmy ini adalah satu dari sekian banyaknya penyandang HIV/AIDS di Kota Bandung.

Yana sempat berbagi cerita tentang dirinya yang dinyatakan positif HIV/AIDS sejak 2004 silam.

Baca Juga: Kisah Para Pejuang Sembuh dari HIV, Berikan Pelajaran dan Perjuangan

"Ya saya mulai terdiagnosa HIV itu sekitar tahun 2004. Pada waktu itu memang sekitar tahun 95, 96 saya sempat melakukan kegiatan yang beresiko salah satunya adalah dengan menggunakan jenis narkoba yang disuntikkan," kata Jimmy saat berbincang dengan detikJabar, Jumat (26/8/2022).Jimmy mengetahui dirinya mengidap HIV setelah temannya menyarankan Jimmy untuk menjalani tes HIV.

Sebab waktu itu, kondisi kesehatan Jimmy terus menurun dan memiliki sejarah menggunakan narkoba."Sekitar tahun 2002 mungkin sistem antibodi yang ada di dalam tubuh saya itu sudah mulai terasa menurun dan pada waktu itu sih sebenarnya banyak juga sih teman-teman yang menyarankan saya untuk diperiksa HIV gitu," katanya.Namun, ketidakpahaman Jimmy akan gejala penyakit HIV membuatnya menolak mentah-mentah saran tersebut.

Bahkan ia menyangkal jika mengidap HIV lantaran Jimmy sudah berhenti total mengkonsumsi narkoba sejak 2001."Tapi karena memang waktu itu mungkin penyangkalan saya masih lumayan cukup tinggi karena saya berhenti dari menggunakan narkotika itu sekitar 2001 lah itu udah berhenti gitu. Makanya saya cukup menyangkal pada waktu itu saya enggak percaya dengan yang apa teman saya ceritakan," ujarnya.Hingga akhirnya, Jimmy memberanikan diri untuk melakukan tes HIV karena kondisi tubuhnya yang makin parah pada tahun 2004.

Jimmy ingat betul waktu itu ia kehilangan 15 kilogram berat tubuh dan mulutnya mulai ditumbuhi jamur."Tahun 2004 kalau nggak salah sekitar bulan Mei atau April lah (didiagnosis positif)," kata Jimmy.Mengetahui dirinya mengidap HIV, Jimmy ibarat tersambar petir di siang bolong.

Baca Juga: Gejala Infeksi HIV pada Anak, di Indonesia 12 Ribu Lebih Dibawah 14 Tahun Terinfeksi

Bahkan, yang ada di pikirannya adalah soal kematian dan tidak bisa kembali hidup seperti orang normal.

Hingga akhirnya, Jimmy sempat berencana akan mengakhiri hidupnya.

"Waktu itu yang ada di pikiran saya itu hanya masalah kematian gitu karena saya berpikir saya enggak bakalan pernah bisa sehat, saya nggak bakalan pernah bisa berdaya lagi," ujarnya."Akhirnya ya ada rasa keinginan untuk bunuh diri lah, untuk apa ya untuk yang hopeless lah gitu enggak bisa ngapa-ngapain dan lain sebagai, syok banget," sambungnya.

Bukan hanya Jimmy, keluarganya pun juga terkejut mendengar kabar tersebut.

"Mungkin karena memang terbatasnya informasi dan lain sebagainya saya mendapatkan perbedaan dalam artian kayak kamar mandi saya harus terpisah, sampai untuk mencuci baju pun saya harus terpisah gitu di keluarga sendiri," ucap Jimmy sambil tersenyum.

Seiring berjalannya waktu, pria kelahiran 19 Februari 1980 ini mencoba bangkit.

Jimmy dipertemukan dengan orang-orang yang senasib dengannya berasal dari komunitas Rumah Cemara."Dan saya bersyukur juga pada waktu itu ketemu dengan beberapa teman-teman salah satunya adalah dari Rumah Cemara. Mereka menguatkan saya, datang ke rumah memberikan penguatan terhadap saya, terhadap keluarga gitu," ujarnya.

Saat ini, Jimmy jadi salah satu kisah penyandang HIV/AIDS yang sudah bangkit dan kembali beraktivitas sama dengan orang lainnya meski harus mengonsumsi obat sejak belasan tahun lalu.

Baca Juga: Sharing Ibu dengan HIV, Berjuang Buktikan Tak Tulari Suami dan Anak

"Waktu itu yang ada di pikiran saya itu hanya masalah kematian gitu karena saya berpikir saya enggak bakalan pernah bisa sehat, saya nggak bakalan pernah bisa berdaya lagi," ujarnya. "Akhirnya ya ada rasa keinginan untuk bunuh diri lah, untuk apa ya untuk yang hopeless lah gitu enggak bisa ngapa-ngapain dan lain sebagai, syok banget," sambungnya. Baca artikel detikjabar, "Kisah Jimmy, Penyintas HIV yang Bangkit dari Putus Asa" selengkapnya https://www.detik.com/jabar/berita/d-6257137/kisah-jimmy-penyintas-hiv-yang-bangkit-dari-putus-asa.Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Penyintas HIV AIDS masih tetap bisa hidup layaknya orang-orang biasa, tentunya dengan niat dan kemauan besar agar bisa bangkit dan melawan penyakit yang belum ditemukan obatnya itu. Seperti halnya Yana Sunarya (42). Yana atau yang akrab disapa Jimmy ini adalah satu dari sekian banyaknya penyintas HIV AIDS di Kota Bandung. Yana berbagi cerita tentang dirinya yang dinyatakan positif HIV AIDS sejak 2004 silam. "Ya saya mulai terdiagnosa HIV itu sekitar tahun 2004. Pada waktu itu memang sekitar tahun 95, 96 saya sempat melakukan kegiatan yang beresiko salah satunya adalah dengan menggunakan jenis narkoba yang disuntikkan," kata Jimmy saat berbincang dengan detikJabar, Jumat (26/8/2022). Jimmy mengetahui dirinya mengidap HIV setelah temannya menyarankan Jimmy untuk menjalani tes HIV. Sebab waktu itu, kondisi kesehatan Jimmy terus menurun dan memiliki sejarah menggunakan narkoba. "Sekitar tahun 2002 mungkin sistem antibodi yang ada di dalam tubuh saya itu sudah mulai terasa menurun dan pada waktu itu sih sebenarnya banyak juga sih teman-teman yang menyarankan saya untuk diperiksa HIV gitu," katanya. Namun ketidakpahaman Jimmy akan gejala penyakit HIV membuatnya menolak mentah-mentah saran tersebut. Bahkan ia menyangkal jika mengidap HIV lantaran Jimmy sudah berhenti total mengkonsumsi narkoba sejak 2001. "Tapi karena memang waktu itu mungkin penyangkalan saya masih lumayan cukup tinggi karena saya berhenti dari menggunakan narkotika itu sekitar 2001 lah itu udah berhenti gitu. Makanya saya cukup menyangkal pada waktu itu saya enggak percaya dengan yang apa teman saya ceritakan," ujarnya. Hingga akhirnya, tahun 2004, Jimmy memberanikan diri untuk melakukan tes HIV karena kondisi tubuhnya yang makin parah. Jimmy ingat betul waktu itu ia kehilangan 15 kilogram berat tubuh dan mulutnya mulai ditumbuhi jamur. Ia kemudian datang ke dokter bersama sang ibu untuk melakukan tes HIV. Benar saja, apa yang ditakutkan oleh Jimmy terbukti. Ia didiagnosis oleh dokter mengidap HIV. "Tahun 2004 kalau nggak salah sekitar bulan Mei atau April lah (didiagnosis positif)," kata Jimmy. Mengetahui dirinya mengidap HIV, Jimmy ibarat tersambar petir di siang bolong. Ia tak menyangka apa yang dilakukannya dulu dengan mengkonsumsi narkoba membuatnya terjangkit HIV. Baca artikel detikjabar, "Kisah Jimmy, Penyintas HIV yang Bangkit dari Putus Asa" selengkapnya https://www.detik.com/jabar/berita/d-6257137/kisah-jimmy-penyintas-hiv-yang-bangkit-dari-putus-asa.Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/