Find Us On Social Media :

Diagnosis Cepat, Tekan Pembiayaan dan Kematian Akibat Penyakit Tidak Menular yang Masih Tinggi

Transformasi sistem kesehatan bertujuan untuk meningkatkan layanan primer untuk menekan biaya pemulihan kesehatan.

GridHEALTH.id - Persoalan penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah kesehatan yang utama di Indonesia.

Menurut Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, penyakit tersebut menyumbang kasus kematian terbanyak di Indonesia. Padahal sebenarnya, kematian akibat PTM dapat dicegah.

"Saat ini, sebagian besar kematian yang disebabkan PTM yang terjadi di Indonesia merupakan kasus yang dapat dicegah," kata Dante dalam Roche Innovation Day, Sabtu (10/12/2022).

Sebagai rincian, PTM yang menyebabkan kasus kematian terbanyak di Indonesia di antaranya:

1. Stroke

2. Penyakit jantung koroner

3. Penyakit jantung hipertensi

4. Kanker

PTM butuh pembiayaan yang besar

Tak hanya terkait dengan kematian, Dante juga menjelaskan bahwa penyakit tidak menular membutuhkan biaya pemulihan yang besar.

Untuk mengobati penyakit jantung misalnya, seorang pasien perlu melakukan sejumlah tindakan pembedahan yang biayanya tak sedikit.

"PTM juga berdampak pada pembiayaan kesehatan yang besar, untuk itu dibutuhkan inovasi dalam pelayanan kesehatan untuk menekan masalah kesehatan ini," ujarnya.

Baca Juga: Tanda Awal Kanker Mulut yang Harus Diperhatikan, Muncul Sariawan?

Ia melanjutkan, "Kemenkes senantiasa berkomitmen untuk melakukan transformasi sistem kesehatan, dengan 6 pilar transformasi kesehatan seperti yang kita ketahui bersama, khususnya dalam transformasi layanan primer, layanan rujukan, dan sistem ketahanan kesehatan."

Baca Juga: Rokok Jadi Faktor Risiko 4 Jenis Penyakit Dengan Kematian, Kesakitan, dan Beban Biaya Tertinggi di Indonesia

Diagnosis penyakit hitungan menit

Sejalan dengan transformasi layanan kesehatan yang dicanangkan pemerintah untuk mencegah kematian akibat PTM dan menekan pembiayaannya, Roche meluncurkan cobas Pure.

Penggunaan sistem yang inovatif, proses pekerjaan di laboratorium menjadi lebih mudah dan hasil yang didapat juga cepat.

"Sebagai langkah nyata dalam mengembangkan standarisasi sistem kerja laboratorium yang lebih cepat dan akurat, cobas Pure telah berhasil melakukan penyerdahanaan proses," kata Sara Babar Head of Marketing Roche Diagnostic Indonesia.

"Serta mengurangi waktu praktik untuk tenaga laboratorium sehingga mereka bisa dapat fokus pada aspek lainnya yang juga penting," sambungnya.

Dalam kesempatan yang sama, Johnson Marketing Manager CPS Roche Diagnostic Indonesia mengatakan, hasil pemeriksaan bisa didapatkan dalam waktu 18 menit yang normalnya bisa berlangsung selama 30 menit atau lebih.

Lebih lanjut, Johnson juga mengatakan bahwa penggunaan cobas Pure juga dapat mengurangi terjadinya kesalahan manual saat pemeriksaan berlangsung.

"Misalnya kita ke rumah sakit, biasanya sebelum yakin benar penyakitnya apa, diminta dulu pemeriksaan laboratorium. Sampel darah akan diambil dulu oleh perawat," ujarnya.

"Mulai dari pre-analytic ini, sampel darah kemudian diolah, dianalisa oleh alat. Banyak langkah-langkah manual yang dilakukan. Dengan adanya alat ini, kita mampu menghilangkan proses-proses tersebut," jelasnya.

Dengan penggunaan alat ini, sekitar 200 pemeriksaan penyakit juga bisa dilakukan, tergantung dengan yang dibutuhkan oleh dokter. (*)

Baca Juga: Dampak Stunting untuk Anak, Menurunnya Kemampuan Kognitif, Rentan Alami PTM