GridHEALTH.id – Pandemi Covid-19 di dunia seolah telah tiada, namun kenyataan berbeda di setiap negara, mengingat banyaknya varian baru yang muncul akibat dari perkembangan virus Covid-19 ini.
Salah satu yang terdampak adalah Cina, dengan varian barunya yang disebut BF.7, berhasil mengguncang negara dengan populasi terbanyak di dunia ini, angka kasus harian meningkat disertai dengan banyaknya kematian.
Hiposmia disebut-sebut menjadi salah satu gejala baru dari varian ini yang memicu terjadinya kondisi tersebut di Cina. Oleh karena itu, belajar dari pengalaman Cina, mari melihat seperti apa hiposmia ini, sebagai bentuk kewaspadaan masyarakat Indonesia.
Cina Alami 1 Juta Kematian dan 60 Persen Penduduk Terpapar Akibat Varian Baru BF.7
Kondisi pandemi Covid-19 di Cina membuat khawatir banyak ilmuwan di dunia, terlebih dengan adanya perubahan sikap Cina dari kebijakan “Nol-Covid” yang diterapkan pada minggu lalu.
Perubahan sikap Cina ini membuat para ilmuwan dunia meyakini adanya kemungkinan lebih dari satu juta kematian akibat Covid-19 di Cina pada tahun 2023, akibat pelonggaran aturan yang diterapkan oleh Cina.
Kondisi ini disebut dapat membahayakan kondisi dunia, jika Cina mengalami gelombang kedua Covid-19 yang begitu dahsyat. Apalagi jika membiarkan virus menyebar meski di dalam negeri, karena dapat memberikan peluang untuk bermutasi, yang berpotensi menciptakan varian baru berbahaya.
Awal bulan ini pembatasan dicabut di Cina dan pemerintah Cina per Selasa kemarin (20/12/2022) hanya menyebutkan ada lima kematian akibat Covid-19 dan dua kematian pada Senin lalu. Tentu menjadi pertanyaan bagi semua pihak mengenai kebenaran angka ini, mengingat adanya lonjakan kasus di tengah pencabutan pembatasan.
Saat ini, disebutkan oleh Prof. Wang Gui-qiang selaku pakar penyakit menular Cina dalam BBC.com bahwa rumah sakit di Beijing dan kota-kota lainnya tengah berjuang mengatasi lonjakan Covid-19 terbaru.
Hiposmia, Gejala Baru Varian Covid-19, BF.7 di Cina
Hiposmia adalah bentuk dari gangguan fungsi penciuman yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan indra penciuman untuk mengenali bau, sebenarnya tidak hanya identik dengan Covid-19.
Dalam kondisi lanjutan, seseorang dapat mengalami anosmia, yaitu kehilangan seluruhnya indra penciuman untuk mengenali bau, atau buta penciuman.
Gejala anosmia ini dapat dialami juga pada penderita dengan penyakit seperti rinosinusitis, polip hidung, trauma pada kepala, Alzheimer, Parkinson, juga infeksi virus yang umum seperti influenza.
Baca Juga: Rekam Jejak Indonesia Hadapi Pandemi yang Abstrak Diabadikan dalam Buku Covid-19