Sebab kualitas hidup penderita nannya juga menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga.
Kecacatan, perawatan, tenaga, dan biaya besar menjadi faktor penting yang perlu dipahami oleh pasien aneurisma otak.
Hal itu diucapkan langsung oleh dr. Abrar Arham, SpBS., Head of Neurosurgeon RS Pusat Otak Nasional (PON) Prof. DR. Dr. Mahar Mardjono, Jakarta dalam diskusi media ‘Flow Diverter’ Penanganan Pecah Pembuluh Darah Otak Tanpa Pembedahan, yang dilakukan secara virtual, Kamis (16/9/2021).
“Selain meningkatkan awareness masyarakat akan aneurisma otak ini, kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia juga harus ditingkatkan agar dapat mendeteksi dini, melakukan edukasi pencegahan, dan penanganan komprehensif aneurisma terutama pada penderita yang telah mengalami pecahnya aneurisma otak, atau akan lebih baik bila dapat ditangani sebelum aneurisma tersebut pecah,” jelasnya
Dr. Abrar mengungkapkan, saat ini RS Pusat Otak Nasional (PON) menangani kurang lebih 100 kasus aneurisma otak setiap tahunnya.
Baca Juga: Muncul Sisik Putih di Kepala Bayi, Itu Ketombe Ikuti Saran Dokter Berikut Ini
Penanganan kasus aneurisma otak ini membutuhkan kolaborasi multidisiplin melibatkan dokter bedah saraf, neurointervensionist, neurologist, intensivist, dan lain sebagainya.
"Disamping itu diperlukan berbagai peralatan dan fasilitas penunjang yang memadai dan mutakhir agar kita dapat menangani kasus aneurisma otak dengan tingkat keberhasilan yang cukup baik,” lanjutnya.
Penanganan aneurisma kini bisa dengan pemasangan Cerebral Flow Diverter yang angka keberhasilannya sangat tinggi (hingga 95%).
Metode ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit PON dalam beberapa tahun ke belakang.
Keunggulan teknologi ini adalah:
Baca Juga: Nyeri Sendi Sampai Kaku, Ini Pilihan Obat Terbaik yang di Apotek