Find Us On Social Media :

Indonesia Cabut PPKM, Warga China Kelimpungan Dapatkan Obat Covid-19, Pasar Gelap Diserbu

Obat Covid-19 di China langka. Masyarakatnya banyak yang tertipu.

GridHEALTH.id - 2023 Indonesia sudah tidak lagi menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sementera di China sebaliknya, masyarakatnya kelimpungan mendapatkan obat Covid-19.

Indonesia resmi mencabut PPKM sejak tanggal 30 Desember 2022 lalu. Pencabutan ini disampaikan langsung oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, didampingi oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.

Dalam laman Sekretariat Kabinet Republik Indonesia dijelaskan pencabutan PPKM ini tertuang dalam Instruksi Mendagri No 50 dan 51 Tahun 2022, dan Presiden menegaskan keputusan ini dibuat melalui pertimbangan dan kajian yang panjang, dengan memperhatikan situasi pandemi di tanah air.

Langkah ini sejalan dengan pernyataan WHO sebelumnya yang menyebutkan dunia menuju tahap mengakhiri pandemi Covid-19.

Menkes Budi Gunadi Sadikin menyebutkan bahwa kenaikan kasus covid-19 dipengaruhi oleh varian baru, meskipun mobilitas tinggi, dalam Konferensi Pers “Kinerja 2022 dan Program Kerja 2023 Kementerian Kesehatan RI Tahun 2022” pada Kamis sore ini (05/01/2023) yang diikuti oleh GridHEALTH.id.

Baca Juga: Bahaya Begadang Bisa Mengakibatkan Sakit Mata, Simak Cara Mengatasinya

Berbeda dengan di China, masyarakatnya kini justru kelimpungan, khususnya untuk mendapatkan obat Covid-19.

Sampai-sampai, demi mendapatkan obat Covid-19 masyarakat China menyerbu pasar gelap.

Hal ini terjadi karena obat Covid-19 langka, sehingga sulit didapatkan. Sementara kasus Covid-19 terus menggila.

Gelombang Covid saat ini membuat stok obat di toko menimpis.

Banyak orang yang mengantre membeli obat flu dan demam. Banyak yang terpaksa beralih ke toko online untuk mendapatkan obat.

Baca Juga: Chiki Ngebul Menimbulkan Luka Bakar, Merusak Organ Dalam Karena Nitrogen Cairnya, Kemenkes Keluarkan SE

Mirisnya, masyarakat China telah lama dihadapkan pada skandal obat-obat tercemar, uji klinis palsu, dan regulasi yang lemah dalam industri medis.

Walhasil kini banyak orang skeptis terhadap obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri.

Marak Penipuan Obat Covid-19

Salah seorang masyarakat China, dilansir dari Tempo.co.id (06/01/2023), bernama Qiu (22), mengaku telah menghabiskan ribuan dolar untuk obat-obatan Covid yang tidak pernah sampai.

Dirinya memesan obat yang diinginkannya secara online yang mengaku mewakili Ghitai Pharmaceutical yang berbasis di Hong Kong.

Mengenai maraknya kasus ini, pihak berwenang di China mengatakan mereka mulai mengirimkan Paxlovid ke beberapa rumah sakit dan klinik, namun obat itu masih sangat sulit diperoleh banyak orang.

Baca Juga: Demam dan Ngompol di Malam Hari, Jadi Tanda Awal Penyakit Ginjal pada Anak, Kenali yang Lainnya!

Beberapa klinik di beberapa kota termasuk Beijing dan kota besar Shanghai mengatakan bahwa saat ini tidak menawarkan perawatan. Klinik itu juga tidak tahu kapan bisa melakukannya lagi.

Kini saking langkanya obat Covid-19 di China, harga obat covid pun naik hingga sembilan kali lipat dari harga resmi..

Salah satu penjual mengatakan bahwa mereka mengenakan biaya 18.000 yuan atau sekitar US$ 2.610 untuk satu kotak obat Covid-19 di China.

Mereka mengklaim obat itu akan dikirim dari kota selatan Shenzhen, namun pembeli harus menunggu.

Sikap Pemerintah China

Kementerian keamanan publik China pada Senin telah memerintahkan tindakan keras terhadap aktivitas ilegal dan kriminal yang melibatkan produksi dan penjualan obat-obatan palsu, terkait epidemi dan barang-barang terkait.

Baca Juga: 7 Obat Mata Bintitan Alami untuk Mengatasi Ketidaknyamanan yang Dirasa

Untuk diketahui, menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, dalam laporan mingguannya, China melaporkan 218.019 kasus Covid-19 mingguan baru per 1 Januari 2023 .

China melaporkan lima kematian baru terkait Covid-19 untuk hari Selasa, menjadikan jumlah kematian resmi menjadi 5.258, sangat rendah menurut standar global.

Pada Desember tahun lalu, WHO mengatakan tidak menerima data dari Covid-19 di China tentang rawat inap yang baru sejak Beijing mencabut kebijakan nol-COVIDnya.

Beberapa ahli kesehatan pun mempertanyakan apakah mungkin menyembunyikan informasi tentang tingkat wabahnya.

WHO mengatakan kesenjangan dalam data mungkin disebabkan oleh otoritas China yang hanya berjuang untuk menghitung kasus.(*)

Baca Juga: Bunga Usia 12 Tahun Hamil 8 Bulan, Risiko ini Bisa Terjadi Pada Kehamilannya