Find Us On Social Media :

Penuhi Imunisasi Jika Tak Ingin Otak dan Paru Anak Terganggu karena Campak, KLB Hantui Indonesia

Dokter peringatkan bahaya komplikasi campak, mulai dari otak hingga paru. Orangtua perlu imunisasi lengkap anak agar menekan KLB campak di Indonesia.

Baca Juga: Baru Sembuh Covid-19, Kapan Vaksin Anak Campak Rubella Bisa Diberikan?

“Campak ditambah kurang gizi, siap-siap memang dia akan menyebabkan meninggal,” kata dr. Anggraini.

Kematian tertinggi disebutkan apabila campak sampai ke paru, ini menyebabkan kematian lebih dari 50%.

Kondisi lain yang paling menyedihkan dari komplikasi campak adalah otak anak bisa rusak setelah beberapa hari hingga beberapa minggu ketika adanya virus campak di dalam tubuh. Kemudian dalam setahun maka bisa ditemukan virus campaknya di otak. Virus campak yang mencapai otak tentu akan menyebabkan kematian.

“Paling sedih, dari 10.000-100.000 yang terkena campak akan mengalami subacute sclerosing panencephalitis, kalau kena komplikasi campak ini munculnya bisa beberapa tahun kemudian, pada saat sekolah yang tadinya pinter, kok ga pinter ya, penurunan kemampuan,

Biasanya bisa, tiba-tiba jatuh, lama-lama dia duduk aja gabisa, merosot, kemudian muncul gerakan-gerakan dan gabisa diapa-apain sampainya akhirnya meninggal, jeleknya dengan semua itu, meninggalnya lama, ini dia menderita satu sampai tiga tahun,” jelas dr. Anggraini mengenai bahayanya komplikasi campak.

Anak yang terkena campak juga bisa mudah terkena infeksi, akibat tidak adanya vaksin sebelumnya, sehingga virus campak berhasil menurunkan antibodi anak, ini yang dikenal dengan immunological amnesiaatau ‘lupa antibodi’.

Campak disebut sangat potensial menyebabkan wabah, karena penyakit ini sangat menular melalui udara dan penularan terjadi dari sebelum seseorang menunjukkan muncul ruam, sampai hari keempat muncul ruam. Sehingga tidak bisa dianggap biasa.

Kunci Pencegahan Campak

Imunisasi campak menjadi kunci pencegahan dan cara menghilangkan virus campak ini, dimana sebenarnya imunisasi campak sudah ditemukan sejak tahun 1968 dan dunia hampir tidak menemui campak, namun waspada terhadap campak.

Sayangnya kondisi di Indonesia, berdasarkan data yang dipaparkan oleh dr. Anggraini bahwa cakupan imunisasi campak DTP sudah mulai turun dan semakin menurun di tahun 2020. “Artinya memang cakupan (imunisasi) Indonesia sudah rendah, mulai di 2015, utamanya.”

Dokter Anggraini mengingatkan kepada seluruh orangtua untuk tidak lagi menganggap enteng penyakit campak, karena bisa menjadi suatu ancaman jika salah satu kelompok terkena campak. “Jadi, masyarakat itu perlu disadarkan, bahwa campak itu gabagus,” tutup dokter Anggraini.

Selain itu, laporkan ke fasilitas layanan terdekat jika melihat ada kasus demam ruam, sebagai antisipasi dari ditemukannya campak. (*)

Baca Juga: 3 Penyakit Ini Ditakutkan Jadi KLB Kembali di Indoensia, BIAN Cara Cegahnya