GridHEALTH.id - Mempunyai kulit kencang merupakan keinginan banyak orang, tak terkecuali mereka yang sudah berusia lanjut.
Segala jenis perawatan akan dilakukan demi mendapatkan kondisi kulit seperti itu, untuk mendukung penampilan yang menawan.
Termasuk menjalani operasi plastik, seperti yang dilakukan oleh diva Indonesia Titi DJ belum lama ini.
Pelantun 'Sang Dewi' tersebut, memutuskan melakukan operasi plastik di atas usia 50 tahun dan menjadi sorotan netizen.
Apa Tujuan Operasi Plastik?
Menurut Mayo Clinic, operasi plastik yang dilakukan untuk menunjang penampilan dikenal dengan nama bedah kosmetik.
Tujuannya memang untuk meningkatkan penampilan dan kepercayaan diri seseorang. Ini bisa dilakukan pada bagian wajah dan tubuh mana saja.
Pasalnya, tindakan bedah ini dapat memberikan perubahan penampilan yang dramatis dan juga tahan lama.
Ada banyak karakter fisik yang bisa diubah melalui prosedur bedah kosmetik ini.
Jenis Operasi Plastik untuk Usia di Atas 50 Tahun
Seiring bertambahnya usia, kulit mengalami penuaan karena tubuh mulai mengurangi produksi hormon estrogen. Hormon tersebut berfungsi untuk meningkatkan produksi kolagen dan minyak di kulit.
Kolagen merupakan protein struktural yang membuat kulit elastis dan kencang. Lantaran jumlah produksinya yang menurun, maka saat bertambah tua, akan muncul kerutan dan garis-garis halus serta terlihat lebih cekung.
Terkadang cukup sulit untuk merawat kulit saat sudah memasuki usia lebih lanjut. Sehingga, dipilihlah jalan yang lebih praktis seperti operasi plastik.
Dilansir dari laman Toronto Facial Plastic, jenis operasi plastik usia di atas 50 tahun yang paling sering dilakukan di antaranya:
1. Facelift
Secara teknis dikenal sebagai rhytidectomy, bertujuan untuk membuat penampilan lebih muda. Dilakukan dengan cara menghilangkan beberapa lapisan kulit dari wajah.
Kelebihan kulit yang kendur dan timbunan lemak juga akan dihilangkan. Kemudian, kulit wajah ditarik ke belakang untuk memberikan hasil kencang dan halus.
2. Eyelid lift
Prosedur ini disebut juga sebagai blepharoplasty, kelopak mata yang turun akan dinaikkan dan sekaligus menghaluskan garis-garis halus serta menghilangkan kerutan di sekitarnya.
Ada dua jenis eyelid lift yakni fungsional untuk menghilangkan kelebihan kulit di sekitar mata dan kosmetik yang bertujuan memperbaiki penampilan.
3. Neck lift
Pengencangan leher dilakukan untuk menghilangkan timbunan lemak berlebih dan membuat kulit yang kendur lebih kencang.
Pada jenis operasi plastik ini, ahli bedah plastik akan membentuk dan memanipulasi otot serta jaringan di leher, agar hasilnya halus dan ramping.
4. Rhinoplasty
Rhinoplasty korektif dan revisi adalah dua bentuk operasi plastik paling umum yang dilakukan saat berusia di atas 50 tahun.
Tujuan dilakukannya operasi ini adalah untuk mendapatkan wajah yang simetri, membuat penampilan terlihat lebih muda, dan meningkatkan rasa percaya diri.
5. Forehead lift
Selain mata dan sekitar mulut, dahi juga merupakan bagian wajah yang paling banyak memiliki kerutan. Sehingga jika ingin nampak muda, maka operasi ini dijalankan dengan cara menarik kulit dan membuatnya lebih kencang.
Selain kelima jenis operasi plastik tersebut, ada juga prosedur lain yang cukup banyak dijalankan seperti suntik botox.
Waspada Risiko Operasi Plastik
Semua jenis operasi, termasuk prosedur bedah kosmetik, mempunyai risiko yang perlu diketahui sebelum memutuskan melakukannya.
Jika mempunyai indeks massa tubuh sekitar 30 atau lebih atau mengidap diabetes, risiko komplikasi lebih besar. Adapun jenis komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
1. Komplikasi yang berkaitan dengan anastesi, termasuk pneumonia atau pembekuan darah.
2. Infeksi di tempat sayatan, yang dapat memperburuk jaringan parut dan dibutuhkan pembedahan tambahan.
3. Penumpukan cairan di bawah permukaan kulit.
4. Pendarahan ringan yang mungkin memerlukan prosedur pembedahan lain.
Terkadang juga terjadi pendarahan yang cukup signifikan, sehingga perlu dilakukan transfusi.
5. Terbentuknya jaringan parut abnormal akibat kerusakan kulit.
6. Pemisahan luka operasi, yang terkadang membutuhkan prosedur tambahan.
7. Mati rasa dan kesemutan akibat kerusakan saraf, yang mungkin bisa bersifat permanen.
Sehingga sebelum melakukannya, perlu berkonsultasi terlebih dahulu dan pastikan dilakukan oleh ahlinya. (*)