GridHEALTH.id – Memiliki penyakit jantung dan sudah dilakukan berbagai pengobatan, namun tetap tidak efektif dan otot jantung gagal memompa darah secara normal, maka ada pilihan lainnya untuk mengobati penyakit jantung.
Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan transplantasi jantung, kenali lebih dalam seperti apa prosedur ini hingga risiko yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya.
Transplantasi Jantung
Transplantasi jantung merupakan prosedur operasi untuk mengangkat jantung yang sakit dari seseorang dan menggantinya dengan jantung sehat dari donor organ.
Tidak semua orang dengan penyakit jantung langsung mendapatkan keputusan untuk melakukan tindakan ini, biasanya akan dilakukan pada pasien dengan gagal jantung stadium akhir.
Gagal dalam artian jantung tidak berarti berhenti berdetak namun otot jantung gagal memompa darah secara normal karena rusak, sangat lemah, atau keduanya.
Baca Juga: Wajarkah Hamil Trimester 1 Mengalami Perut Kembung? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Otot jantung yang mengalami kegagalan parah dalam usahanya untuk memompa darah ke seluruh tubuh, ditambah perawatan lainnya yang tidak bekerja, menyebabkan seseorang memerlukan tindakan transplantasi jantung.
Manfaat Transplantasi Jantung
Bagi pasien yang memang dinyatakan siap untuk menjalankan prosedur ini, maka bisa menjadi pengobatan terbaik untuk gagal jantung, karena memberikan banyak manfaat, seperti kebanyakan pasien transplantasi jantung hidup lebih lama, sebagian besar menikmati kualitas hidup yang lebih baik.
Selain itu, manfaat transplantasi jantung adalah meningkatkan energi yang lebih tinggi, meningkatkan kesejahteraan secara umum, dan memudahkan aktivitas untuk bekerja atau berpergian bagi penerima transplantasi jantung.
Prosedur Transplantasi Jantung
Tim yang terdiri dari ahli bedah transplantasi, dokter spesialis pengobatan jantung, praktisi perawat atau asisten dokter, hingga psikiater atau psikolog akan melakukan evaluasi untuk menentukan apakah penderita jantung memenuhi syarat untuk transplantasi.
Transplantasi ini biasanya berlangsung sekitar 4-6 jam, namun secara keseluruhan prosedur operasi ini bisa memakan waktu hingga 8 jam, karena membutuhkan persiapan dan pemantauan pasien pada saat sebelum dan sesudah operasi.
Sebelum dilaksanakan transplantasi, tentu pasien akan diberi anestesi agar tidak sadarkan diri selama proses ini berlangsung, kemudian dokter bedah akan membuat sayatan di dada pasien dan menyiapkan mesin jantung-paru untuk menjadi pengganti peran jantung dan paru selama prosedur berlangsung.
Jantung pasien akan diangkat dan dokter memasukkan jantung donor, kemudian menyambungkannya dengan pembuluh darah dengan cara dijahit.
Setelah jantung terpasang dan terhubung dengan pembuluh darah, dokter akan menutup luka bekas sayatan.
Dalam menjalankan prosedur ini, diperlukan dokter yang memiliki kapabilitas dan peralatan medis yang mendukung, karena berkaitan dengan nyawa pasien maka dibutuhkan keahlian khusus.
Risiko Transplantasi Jantung
Perlu diketahui, sama seperti operasi apa pun, komplikasi akibat operasi mungkin saja terjadi. Dalam kasus transplantasi jantung, berikut ini beberapa risikonya:
- Infeksi
- Pendarahan selama atau setelah operasi
- Gumpalan darah yang dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, atau masalah paru
- Masalah pernapasan
- Gagal ginjal
Baca Juga: 5 Manfaat Rutin Konsumsi Biji Pepaya, Seperti yang Dilakukan Dahlan Iskan
- Kegagalan jantung donor
- Vaskulopati allograft koroner (CAV).
CAV adalah masalah yang terjadi pada pembuluh darah yang membawa darah ke otot jantung, dimana pembuluh darah ini menjadi tebal dan keras hingga dapat menyebabkan kerusakan otot jantung yang serius. Risiko transplantasi jantung terburuk adalah kematian.
Tingkat keberhasilan pelaknasaan transplantasi jantung ini sangat bervariatif, bicarakan secara lengkap dengan dokter sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing untuk hasil yang terbaik. (*)
Baca Juga: Kenali Gejala Awal Penyakit Jantung dan Cara Pencegahannya Sedini Mungkin