Kedua, tingkat aktivitas fisik seseorang dapat mempengaruhi frekuensi BAB.
Orang yang aktif secara fisik cenderung BAB lebih sering daripada orang yang kurang aktif. Hal ini karena olahraga dapat merangsang sistem pencernaan.
Ketiga, minum air yang cukup juga penting untuk menjaga frekuensi BAB yang sehat. Jika seseorang tidak minum cukup air, maka tinja mungkin menjadi kering dan sulit dikeluarkan dari tubuh.
Terakhir, kondisi medis tertentu juga dapat memengaruhi frekuensi BAB. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan seseorang BAB lebih jarang termasuk hipotiroidisme, sindrom iritasi usus besar, dan penyakit Crohn.
Jika seseorang tidak BAB selama lebih dari 3 hari dan mengalami gejala seperti perut kembung, mual, dan rasa tidak nyaman di perut, maka sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.
Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin merekomendasikan tes tambahan untuk mengetahui penyebab dari masalah ini.
Untuk mencegah masalah semacam ini, Anda dapat melakukan beberapa hal seperti mengonsumsi makanan yang kaya serat, minum cukup air, dan berolahraga secara teratur.
Jika Anda sedang mengalami kesulitan untuk BAB, cobalah untuk tidak menahan keinginan untuk BAB dan lakukan di toilet ketika perlu.
Kesimpulannya, frekuensi buang air besar yang normal bervariasi untuk setiap orang. Namun, jika seseorang tidak BAB selama lebih dari 3 hari, maka hal ini mungkin menunjukkan adadanya masalah kesehatan.
Pola makan, aktivitas fisik, dan minum air yang cukup dapat memengaruhi frekuensi BAB yang sehat.
Jika seseorang mengalami gejala seperti perut kembung, mual, dan rasa tidak nyaman di perut, maka sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.
Baca Juga: 4 Ciri-ciri Ambeien Luar, Kapan Pengobatan Medis Dibutuhkan?