Find Us On Social Media :

Kasus Campak di Indonesia Disorot WHO, Kemenkes Gencarkan Imunisasi Ganda

Peningkatan campak pada anak di Indonesia dikaitkan dengan vaksinasi yang kurang optimal.

GridHEALTH.id - Kasus campak yang terjadi di Indonesia menjadi sorotan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Campak merupakan penyakit endemik di Indonesia yang kasusnya memang selalu dilaporkan setiap tahunnya.

Akan tetapi, pada tahun 2022 hingga awal 2023 ini, telah terjadi peningkatan signifikan baik pada kasus suspek maupun yang sudah dikonfirmasi.

Peningkatan Kasus Campak

Pada 1 Januari hingga 3 April 2023, sudah ada sekitar 2.161 kasus supsek campak, di mana sebanyak 848 dikonfirmasi laboratorium dan 1313 kompatibel secara klinis.

Kejadiannya dilaporkan dari 18 dari 38 provinsi di Indonesia. Paling banyak terjadi di provinsi Jawa Barat (796 kasus), Papua Tengah (770 kasus), dan Banten (197 kasus).

WHO mengungkapkan, tingginya kasus campak di Indonesia berkaitan dengan pemberian vaksinasi yang kurang optimal.

"Wabah saat ini ditandai dengan kekebalan populasi yang kurang optimal, termasuk anak-anak tanpa vaksinasi," dikutip dari laman resmi WHO (28/4/2023).

Dari data tahun ini, sekitar 2076 kasus konfirmasi sebanyak 95% dialami oleh anak-anak yang berusia di antara 1 hingga 14 tahun.

Di antara kasus yang dikonfirmasi, 75% belum menerima dosis MCV sama sekali, sementara 11% lainnya hanya menerima satu dosis, 10% menerima dua dosis, dan riwayat vaksinasi tidak diketahui sebanyak 3%.

Pemberian Imunisasi Ganda

Campak adalah penyakit serius yang sangat menular. Disebabkan oleh virus dari genus paramyxovirus yang bisa menyebar melalui kontak langsung dan udara.

Virus tersebut menginfeksi saluran pernapasan, lalu menyebar ke seluruh bagian tubuh.

Baca Juga: Bisa Dialami Oleh Ibu Hamil, Campak Berisiko Sebabkan Keguguran dan Lahir Prematur

Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi yang tidak biasa. Umumnya terjadi sekitar 10 hingga 12 hari setelah terpapar oleh virus, dan berlangsung selama 4-7 hari.

Ketika terinfeksi, tubuh juga akan menunjukkan gejala lain berupa hidung meler, batuk, mata merah dan berair, serta munculnya bintik-bintik kecil di dalam pipi.

Setelah beberapa hari, muncul ruam di wajah dan leher bagian atas. Selama sekitar 3 hari, ruam bisa menyebar hingga ke tangan dan kaki.

Ruam tersebut berlangsung kurang lebih 5 sampai 6 hari, kemudian memudar. Rata-rata, ruam muncul 14 hari setelah terpapar virus.

Pada tahun ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengupayakan pencegahan dengan inisiasi program vaksinasi kejar dengan imunisasi ganda.

"BIAN terdiri dari dua kegiatan layanan imunisasi yakni pertama layanan imunisasi tambahan berupa pemberian dosis imunisasi campak dan rubella tanpa memandang status imunisasi sebelumnya," kata juru bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril, dikutip dari siaran pers Selasa (2/5/2023).

"Kedua layanan imunisasi kejar, berupa pemberian satu atau lebih jenis imunisasi untuk melengkapi status imunisasi dasar maupun lanjutan bagi anak yang belum menerima dosis vaksinasi sesuai usia," sambungnya.

Lebih lanjut, Syahril menjelaksan bahwa imunisasi kejar merupakan upaya pemberian imunisasi pada individu yang mengalami ketertinggalan satu atau lebih dosis vaksin yang seharusnya diberikan.

Sebanyak 72,7% atau 26,5 juta anak di Tanah Air mendapatkan imunisasi kejar campak rubella dari target 36,4 juta.

Kemenkes juga sudah menyusun 3 strategi dengan tujuan menggalakan imunisasi rutin kepada anak, yang bertujuan memberikan perlindungan dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

"Pemberian imunisasi terbukti melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya sehingga lebih sehat dan lebih produktif. Tak hanya itu, manfaat dari imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan di masa depan," pungkasnya. (*)

Baca Juga: 1 Pasien Campak Bisa Menulari 10 Orang Sekaligus yang Ada di Sekitarnya