Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa anak-anak yang tinggal dengan orangtua yang tidak merokok memiliki berat badan 1,5 kg dan tinggi badan 0,34 cm lebih besar daripada anak-anak yang tinggal dengan orangtua perokok.
Menurut perhitungan faktor genetik dan lingkungan, ditemukan juga bahwa risiko stunting pada anak dengan orangtua perokok adalah 5,5 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki orangtua perokok.
Menurut penelitian dalam Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing Tahun 2006, asap rokok dapat mengurangi testis, nekrosis testits, berkurangnya diameter tubulus seminiferous dan vasokontrisi pembuluh darah juga mempengaruhi pengambilan oksigen selama metabolisme.
Dalam banyak penelitian juga dikatakan bahwa selain tubulus seminiferous menurun, jumlah spermatozoa yang dihasilkan juga menjadi lebih sedikit dari yang tidak mengalami perlakuan.
“Paparan asap rokok meningkatkan risiko stunting pada anak berusia 25-59 bulan sebesar 13.49 kali. Selain itu, paparan asap rokok meningkatkan terjadinya ectopic pregnancy dan sudden infant death syndrome," ujar Hasto.
Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, SpM (K) juga memaparkan perihal kasus perokok yang berada di Indonesia sendiri.
“Indonesia negara ketiga tertinggi di dunia jumlah perokok diatas usia 10 tahun setelah China dan India, bahkan pernah ada anak 2 tahun merokok di Indonesia mencengangkan dunia”
Ada 23.21% penduduk Indonesia merokok pada Tahun 2020 dan 96 juta orang Indonesia menjadi perokok pasif termasuk ibu hamil dan anak-anak.
Upaya Mencegah Stunting
Stunting masih menjadi masalah kesehatan yang banyak kita temukan di sekitar.
Pendapat tersebut juga dibuktikan dengan capaian stunting pada tahun 2022 yang mencapai 21,6% (SSGI 2022).
Agar meminimalisir potensi stunting pada anak, perlu dilakukan beberapa upaya.
Baca Juga: Jenis Makanan Tinggi Protein Hewani Efektif Cegah Stunting Pada Anak