"Dengan kepemilikan saham tersebut, pengembangan ekonomi di daerah dapat lebih inklusif, karena masyarakat lokal terlibat," jelas Fifi.
Replikasi di Daerah Lain
Sama halnya dengan Kabupaten Siak, Kabupaten Sigi di Sulawesi Tengah juga tengah bersiap menyambut peluang pembangunan lestari yang lebih inklusif dan ramah lingkungan.
Kabupaten Sigi mendorong komoditas unggulannya seperti Kakao, Bambu, dan Daun Kelor sebagai produk hilirisasi untuk meningkatkan daya saing.
Pemerintah setempat bersama Cocoa Sustainability Partnership (CSP), PisAgro dan LTKL memberikan contoh nyata melalui portofolio investasi yang berbasis yurisdiksi dengan mengembangkan dan memperkuat komoditas kakao. Saat ini, Sigi sedang mengembangkan komoditas kakao dari hulu ke hilir.
Dari sisi hulu proses pengembangan melibatkan serangkaian proses seperti menciptakan pusat inovasi, produksi dan inkubasi, serta kolaborasi multi pihak.
Termasuk peran pemerintah daerah sebagai regulator dan penetapan Peraturan Daerah (Perda) Sigi Hijau sebagai payung utama untuk mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan.
Sementara dari sisi hilir, Sigi mengembangkan produk hilir kakao dengan bermitra dengan badan usaha untuk menyediakan infrastruktur dan sumber daya bersama bagi produsen cokelat UMKM lokal.
Sehingga, mendorong pertumbuhan mereka dan mengurangi ketergantungan terhadap anggaran pemerintah.
"Kabupaten LTKL dan pemangku kepentingan menggunakan pendekatan yurisdiksi melalui insentif untuk solusi berbasis alam," kata Evi Rantanasi Putri, Deputy of Partnership and Communication LTKL dalam kesemapatan yang sama (9/5/2023).
"Sebagai contoh, upaya konservasi Kabupaten Sigi menggunakan komoditas alam seperti kakao dan bambu sebagai komoditas berbasis alam untuk menjaga dan melestarikan hutannya," sambungnya.
Baca Juga: Cegah Stunting dengan Memberikan ASI Eksklusif pada Anak, Penting Dilakukan
Lebih lanjut, Evi menjelaskan skema investasi ini penting diterapkan karena hampir 75 persen kawasan Sigi merupakan hutan.