“Distribusi lemak tubuh adalah penentu utama kesehatan metabolisme,” tulis para peneliti dalam ulasan tersebut. Lemak bokong, kata mereka, memiliki “sifat fungsional spesifik yang dikaitkan dengan peningkatan metabolisme dan profil risiko kardiovaskular.
Sifat pelindung lemak gluteofemoral telah dikonfirmasi dalam studi populasi besar.”
Lemak yang dibawa di pantat dan paha, dibandingkan dengan pinggang, cenderung lebih stabil dan kecil kemungkinannya untuk melepaskan penanda hormonal yang telah dikaitkan dengan resistensi insulin, yang pada gilirannya dapat menyebabkan diabetes.
Jaringan adiposa di pantat menjebak partikel lemak berbahaya, dan berpotensi mencegah penyakit kardiovaskular.
Selain itu, ulasan tersebut juga menunjukkan bokong yang lebih besar merupakan indikasi penyimpanan lemak Omega 3 yang signifikan dan kadar leptin yang baik.
Lemak omega 3 dikreditkan dengan meningkatkan fungsi otak, memori, dan kemampuan kognitif seperti keterampilan motorik dan bahasa, sedangkan leptin adalah hormon yang mengatur nafsu makan.
Tinjauan yang sama ini menunjukkan bahwa, anak-anak yang lahir dari ibu gemuk dengan pinggul lebar lebih cerdas daripada mereka yang lahir dari rekan mereka yang kurang berbentuk. Karena ada bukti bahwa kandungan lemak dalam ASI berasal dari bagian bawah tubuh wanita.
Pasalnya, memiliki susu yang diperkaya asam lemak yang diberikan kepada anak-anak mereka. .
Untuk waktu yang lama, dokter telah menyatakan bahwa bentuk tubuh "buah pir" lebih diinginkan dari sudut pandang kesehatan daripada menjadi "apel".
Maka dari itu, anggapan mitos wanita yang punya bokong besar lebih sehat bisa dianggap benar. Bahkan, seseorang yang memiliki bokong besar dianggap lebih kecil kemungkinan untuk meninggal karena sakit kardiovaskular.
Kendati demikian, menjaga berat badan ideal juga penting untuk dilakukan. Sebab, banyak faktor lain yang justru menimbulkan penyakit pada tubuh.
Baca Juga: Apakah Perut Mulas Saat Cemas Merupakan Masalah Kesehatan?