Pada saat itulah, warga yang dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit ini ikut membantu menyembelih hewan ternak tersebut.
Tren Kasus Antraks
Menurut Kemenkes, dalam lima tahun terakhir, di Gunungkidul terjadi kasus antraks.
Akan tetapi, sebelum-sebelumnya tidak pernah ada laporan kematian pada manusia yang berkaitan dengan penyakit ini.
"Kita ada data 5 tahun terakhir, hampir setiap tahun itu ada. Meskipun, ini belum ada kematian. Selama ini, karena yang menyerang adalah antraks jenis kulit," kata Imran.
Berdasarkan data tren kejadian antraks di Yogyakarta, kasusnya paling banyak tercatat pada 2019 sebanyak 31 kasus.
Kemudian pada 2022 jumlahnya juga cukup tinggi, sekitar 23 kasus dan pada 2023 dilaporkan ada 3 kematian.
"Satu dinyatakan suspek (antraks) karena sudah ada hasil pemeriksaan labnya. Sedangkan yang dua, belum sempat atau tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium," ujarnya.
Akan tetapi, telah dilakukan penelusuran dan diperoleh warga tersebut mempunyai gejala antraks pada manusia, serta sempat melakukan kontak dengan hewan yang terinfeksi.
Itulah kronologi puluhan warga diterjangkit antraks hingga menyebabkan kematian di Gunungkidul.
Perlu diketahui, antraks merupakan penyakit zoonosis yang artinya menular dari hewan ke manusia.
Penularannya bisa terjadi melalui luka pada kulit ataupun saat mengonsumsi daging hewan yang telah terinfeksi. (*)
Baca Juga: Puluhan Warga Terjangkit Antraks di Gunungkidul, Kenali 8 Gejalanya