Find Us On Social Media :

Singapura Hadapi Lonjakan Kasus Gagal Ginjal Kronis, Bagaimana Cara Mencegahnya?

Menjaga fungsi ginjal tetap baik untuk mencegah masalah kesehatan serius.

GridHEALTH.id - Penyakit gagal ginjal kronik cukup umum di telinga masyarakat.

Belum lama ini, dilaporkan terjadi kenaikan kasus gagal ginjal kronik di Singapura dalam kurun waktu lima tahun terakhir, mengakibatkan antrean di fasilitas pusat cuci darah.

Meskipun kondisinya terjadi di negara tetangga, tapi penting juga untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit ini.

Pada peringatan Hari Ginjal Sedunia 2023 Maret lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, prevalensi ginjal kronis pada usia di atas 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter dari 2013 hingga 2018 meningkat, sebelumnya 2 permil menjadi 3,8 per mil.

Apa Itu Penyakit Gagal Ginjal Kronis?

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dr. Tunggul Diapari Situmorang, Sp.PD-KGH., menjelaskan, gagal ginjal adalah gangguan pada ginjal baik struktur maupun fungsi organ tersebut lebih dari tiga bulan.

Lebih lanjut dijelaskan, kondisi ini dikategorikan ke dalam lima tahapan atau stage.

"Kelima tahap ini bisa dibagi secara sederhana (untuk) awam, gangguan ringan tahap 1 dan 2, gangguan sedang tahap 3 dan 4, dan gangguan berat tahap 5," kata dokter Tunggul kepada GridHEALTH, Sabtu (29/7/2023).

Bila diasumsikan fungsi ginjal 100%, maka pada tahap 1 persentasenya lebih dari 90% dan tahap 2 sekitar 60-89%. Pada kedua tahap tersebut, biasanya belum ada gejala gagal ginjal kronis dan penyandangnya merasa sehat.

Sedangkan pada tahap 3, fungsi ginjal 30-49% dan tahap 4 kurang lebih 15-29%.

"Kalau kurang dari 15% tahap akhir (tahap 5) yang disebut gagal ginjal kronis atau end stage of renal disease. Itulah yang dianjurkan cuci darah (dialisis)," ujarnya.

Faktor Risiko yang Diwaspadai

Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi dan diabetes, diketahui merupakan faktor risiko yang paling sering memicu seseorang mengidap penyakit ini.

Baca Juga: Kasus Gagal Ginjal Melonjak di Singapura, Kebanyakan Pasien Datang Terlambat