Find Us On Social Media :

Anak Sering Bawa Ransel Berat, Benarkah Bisa Sebabkan Skoliosis?

Skoliosis pada anak tidak dipengaruhi oleh kebiasaan.

GridHEALTH.id - Mendeteksi skoliosis sejak dini, terutama yang terjadi pada anak, adalah hal yang terpenting.

Skoliosis merupakan gangguan kesehatan yang mengakibatkan tulang belakang melengkung lebih dari 10 derajat.

Kondisi ini, tak jarang dikaitkan dengan kebiasaan tertentu, misalnya membawa ransel dengan beban yang berat.

Benarkah Kebiasaan Tertentu Menyebabkan Skoliosis?

Dokter spesialis ortopedi dr. Widyastuti Srie Utami, Sp.OT(K), menjelaskan kondisi ini tidak berhubungan dengan kebiasaan tertentu.

"(Saya) sering ditanyakan orangtua pasien, 'dokter anak saya suka bawa ransel berat selalu di sisi kanan, saya takut tulangnya selalu bengkok ke kanan'," ujarnya dalam diskusi media RS Pondok Indah, Senin (21/8/2023).

Menurutnya kebiasaan tersebut sebenarnya tidak berpengaruh terhadap risiko skoliosis pada anak.

"Jawabannya sebenarnya tidak, mau bawa ransel di salah satu sisi pun tidak akan membuat tulang belakang yang aslinya lurus jadi bengkok, dia akan terlihat bengkok saat melakukan kegiatan tersebut. kalau ranselnya dilepas, dia akan lurus," tuturnya.

Ia memaparkan, melengkungnya tulang belakang pada kasus skoliosis berkaitan dengan kondisi tulang itu sendiri.

Artinya, tidak ada aktivitas yang bisa memicu tulang belakang jadi melengkung secara struktural.

Dokter Widyastuti menjelaskan, kebanyakan skoliosis pada anak sekitar 80-90% tidak diketahui penyebab mendasarnya.

"Artinya, kebanyakan pasien tersebut sehat. Tapi, sebagian yang lain, ada juga disebabkan oleh hal-hal yang lain," katanya.

Baca Juga: Orangtua Wajib Waspada Gejala Kanker Tulang pada Anak, Salah Satunya Nyeri

Selain itu, ada juga beberapa faktor yang mungkin memengaruhi seseorang mengalami skolisis. Salah satu di antaranya adalah riwayat dalam keluarga.

"Lebih tepat bukan faktor keturunan, tapi risiko insidensi. kalau dalam keluarga, terutama kalau ayahnya atau ibunya ada skoliosis, biasanya keluarga generasi keduanya lebih mungkin skoliosis. jadi insidensi lebih tinggi, bukan diturunkan, itu dua hal yang sedikit berbeda," kata dokter Widyastuti.

Gejala Skoliosis pada Anak

Ia memaparkan tanda-tanda kondisi ini dapat dilihat secara langsung atau melalui cermin.

"Ada asimetri entah itu tingginya bahu, daerah belikat belakang, tingginya pinggang yang enggak seimbang," jelasnya.

Pengidapnya juga seringkali mengeluhkan gejala berupa pegal-pegal pada tulang belakang.

Apabila mendapati anak mempunyai kondisi serupa, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan. Sehingga, jika skoliosis pada anak dapat terdeteksi lebih cepat.

Pasalnya pada anak yang masih dalam fase pertumbuhan, seiring bertambahnya tinggi badan, derajat keparahan dari kondisi ini juga berisiko meningkat.

Apabila terdeteksi lebih cepat, tentu dapat dilakukan tindakan yang akan membantu mengurangi ketidaknyamanan serta meminimalisir derajat keparahannya.

"Prinsip skoliosis adalah, kalau masih bertambah tinggi artinya derajat skoliosisnya masih bisa bertambah," ungkap dokter Widyastuti.

"Sehingga pada anak-anak, sangat penting untuk diketahui dini, kalau diketahui dini artinya semoga derajatnya masih kecil sudah ketahuan, maka kita bisa melakukan prevensi, precautions, harapannya tidak berkembang terlalu besar," pungkasnya.

Tak perlu khawatir, tidak semua skoliosis ditangani dengan operasi. Pembedahan hanya dilakukan pada derajat tinggi dan jika masih ringan, perawatan hanya berfokus untuk meminimalisir gejalanya, seperti menggunakan brace. (*)

Baca Juga: Pentingnya Pemberian Makanan Bergizi Tinggi Bagi Anak untuk Cegah Stunting