"Yang kedua yang tidak pernah tahu adalah adanya supersi (penekanan) hormon melatonin di dalam tubuhnya oleh emisi cahaya biru," tambahnya.
Gadget yang digunakan memancarkan blue light atau cahaya biru yang dapat menekan kadar hormon melatonin, yang sebenarnya penting untuk mendukung kualitas tidur anak.
3. Gangguan Tumbuh Kembang
Profesor Suryawan mengungkapkan, sudah ada banyak bukti ilmiah yang mengaitkan screentime berlebihan pada usia dini berimbas pada kemampuan kognitif, bicara dan berbahasa, hingga perilaku sosial.
"Jadi ini sudah tidak terbantahkan. Penyebabnya sekunder (lainnya), karena interaksi anak dan orangtua berkurang, fungsi keluarga dalam rumah tangga berkurang," terangnya.
Memperbaiki Pola Screentime Anak
Profesor Suryawan mengingatkan, waktu yang dihabiskan oleh anak untuk bermain gadget dipengaruhi oleh perilaku screentime orangtua.
Sehingga menurutnya, bukan hal yang tepat jika hanya menyalahkan anak begitu saja.
"Perilaku screentime orangtua sendiri ternyata dari studi menyatakan, faktor risiko terkuat terhadap screentime anak. Anaknya lima jam, itu pasti orangtuanya lima jam lebih," ungkapnya.
Untuk memperbaiki pola screentime anak, maka harus diawali dari kebiasaan orangtua sendiri terlebih dahulu.
Orangtua juga perlu mengerti ketika berusaha mengubah hal ini, hasil yang didapatkan tidak bisa instan.
Karena dampak screentime pun biasanya baru terlihat satu tahun setelah paparan gadget yang berlebih. Sehingga, saat memperbaikinya pun juga butuh waktu.
"Screentime-nya kita batasi tidak serta merta gangguan perkembangannya membaik. Tapi butuh waktu untuk satu tahun ke depan, untuk membaik, itu studi mengatakan begitu," pungkasnya. (*)
Baca Juga: Begini Pola Asuh yang Dapat Menyebabkan Stunting, Ternyata Bisa Jadi Pemicu Utama