Find Us On Social Media :

Segera Periksa Bila Alami Gangguan Berkemih, Bisa Jadi Tanda Kanker Prostat

Sering buang air kecil merupakan salah satu gejala kanker prostat.

GridHEALTH.id - Bagi para pria khusunya kelompok usia lanjut, penting untuk sadar terhadap risiko kanker prostat.

Di Indonesia, dari daftar kasus kanker pada pria, jenis ini berada di urutan kelima. Artinya, ada 11,5 kasus per 100.000 pria dan angka kematian mencapai 4,5 per 100.000 pria.

Sedangkan secara global menurut data GLOBOCAN, kanker prostat merupakan penyebab kematian nomor enam pada pria dengan kasus 30,7 per 100.000 pria dan kematian sebesar 7,7 per 100.000 pria.

Deteksi dini terhadap jenis kanker ini, sangat penting karena dapat mengurangi risiko terjadinya kematian.

"Pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditatalkasana pada stadium dini, ternyata memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun mencapai 90 persen," kata Dr. dr. Irfan Wahyudi, Sp. U(K), Ketua KSM Urologi RSCM FKUI, pada Jumat (22/9/2023).

Lantas, gejala seperti apa yang harus dipahami agar kanker prostat dapat terdeteksi sejak dini?

Gejala Kanker Prostat

Kanker prostat adalah pertumbuhan sel tumor ganas yang terjadi di organ reproduksi seorang pria.

Dokter Spesialis Urologi Prof. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U(K), FICRS, Ph.D., mengatakan, pada tahap awal kanker prostat tidak memiliki gejala.

Dalam praktiknya, setidaknya ia menemukan sekitar 20-30 persen kasus keganasan sel kanker di prostat tanpa gejala apapun.

Lebih lanjut ia menjelaskan, baru ketika kondisinya sudah lebih lanjut, gejala kanker prostat akan dialami pasien seperti sering buang air kecil dan lainnya.

"Untuk gejala, secara umum tentu gangguan kencing apapun pada laki-laki. Jadi saat buang air kecil (frekuensinya) sering atau sakit," ujarnya.

Baca Juga: Ini Alasan Kanker Ginjal Kambuh Meski Sudah Dioperasi, Dialami Vidi Aldiano

Selain itu, jika sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain seperti tulang, maka akan timbul keluhan pada organ yang terdampak.

"Kalau sudah lebih lanjut lagi, berat badannya turun. Kecurigaan akan meningkat dengan adanya gejala lain seperti nyeri tulang, fraktur patologis ataupun penekanan sumsum tulang," jelasnya.

Kapan Harus ke Dokter?

Lantaran tidak ada gejala khusus pada stadium awal, untuk mengetahuinya, disarankan rutin melakukan skrining terutama pria yang sudah berusia di atas 50 tahun.

Tidak hanya pada usia lanjut, skrining juga dilakukan pada orang-orang yang mempunyai faktor risiko.

Pemeriksaan diperlukan, terutama oleh seseorang yang mempunyai anggota keluarga sedarah dengan riwayat penyakit ini. Karena risikonya bisa naik dua kali lipat.

"Kalau sudah di atas 45 tahun dan ada riwayat kanker prostat di keluarga, itu juga perlu skrining," tuturnya.

Faktor risiko lain yang dijadikan pertimbangan untuk melakukan skrining yakni bila pola makan tidak sehat, jarang olahraga, mempunyai penyakit sindrom metabolik, hingga merokok.

Pemeriksaan untuk deteksi dini kanker prostat dilakukan melalui tiga cara di antaranya colok dubur, pemeriksaan darah melalui PSA (Prostate Spesific Antigen), dan biopsi prostat.

"Karena kalau dilihat letaknya di dalam dan untuk melakukan pemeriksaan ini, paling tidak harus melakukan USG atau memasukkan jari ke lubang dubur untuk meraba prostat," kata profesor Agus Rizal.

Tetapi cara tersebut mungkin akan kurang nyaman ketika dilakukan. Sehingga, bisa melakukan metode lain yakni PSA.

Pemeriksaan PSA diketahui mempunyai sensitivitas sebesar 21 persen dan spesisifitas sekitar 91 persen, yang membuat hasil pemeriksaan lebih akurat.

Tidak seperti pemeriksaan darah untuk penyakit lain, PSA dapat dilakukan tanpa adanya persiapan apapun. (*)

Baca Juga: Jangan Lagi Direbus Biar Rasanya Hilang, Ternyata Makan Daun Pepaya Pahit Justru Punya Segudang Manfaat untuk Kesehatan