Find Us On Social Media :

Selama Ini Dianggap Sama, Ternyata Asam Lambung dan GERD Berbeda

Inilah perbedaan asam lambung dan GERD berdasarkan gejalanya.

GridHEALTH.id - Kebanyakan orang mengira kalau asam lambung dan GERD (gastroesophageal reflux disease) adalah penyakit yang sama.

Walaupun keduanya saling berkaitan, tetapi sebenarnya tidak mempunyai arti yang sama.

Bila mengetahui perbedaan asam lambung dan GERD, maka penanganan dan pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan baik.

Melansir Mayo Clinic, refluks asam atau asam lambung dikenal juga dengan istilah gastroesophageal reflux (GER).

Ini kondisi saat asam lambung kembali ke dalam saluran yang menghubungkan tenggorokan ke lambung atau kerongkongan.

Otot di organ ini bertugas mengencangkan kerongkongan setelah makanan masuk ke lambung.

Jika ototnya terlalu lemah atau tidak kencang, maka asam dari lambung dengan mengalir ke kerongkongan.

Sementara itu GERD, dilansir dari Healthline, merupakan kondisi asam lambung yang sudah memasuki tahap lebih kronis.

Diagnosis GERD umumnya dilakukan ketika asam lambung kambuh lebih dari dua kali dalam seminggu atau menyebabkan kerongkongan meradang.

Gejala Asam Lambung dan GERD

Selain dari pengertiannya, perbedaan asam lambung dan GERD juga dapat dilihat dari gejala yang dialami penderitanya.

Naiknya asam lambung, dapat menyebabkan heartburn dan gejala lain yang meliputi:

Baca Juga: Asam Lambung Mendadak Naik Setelah Minum Kopi, Bagaimana Cara Mencegahnya Tidak Kambuh?

1. Batuk

2. Sakit tenggorokan

3. Sensasi pahit di ujung tenggorokan

4. Rasa asam di mulut

5. Sensasi terbakar dan tertekan yang bisa menjalar ke tulang dada

Sementara gejala GERD menyebabkan bau mulut, kerusakan pada enamel gigi, dan isi perut yang terasa seperti naik ke mulut.

Selain itu, juga menyebabkan batuk kering yang tidak kunjung sembuh, asma, hingga kesulitan untuk menelan.

Penanganan Asam Lambung

Sebelum sampai ke tahap GERD, saat mengalami refluks asam cobalah lakukan perubahan gaya hidup untuk meredakan gejalanya serta mengurangi risiko kekambuhan.

Misalnya dengan menurunkan berat badan berlebih, makan dalam porsi kecil, tidak makan 2 hingga 3 jam sebelum tidur, hindari makanan pemicu, tidak memakai pakaian yang ketat di sekitar perut, dan hindari merokok atau alkohol.

Jika dibutuhkan, obat seperti antasida atau penghambat reseptor H-2 dapat digunakan.

Pemeriksaan lebih lanjut dibutuhkan jika mengalami kesulitan bernapas hingga muntah darah. (*)

Baca Juga: Obati Asam Lambung Kronis dengan Bahan Alami Agar Kesehatan Lambung Lebih Baik