Menu PMT yang disarankan oleh Kemenkes diolah menggunakan bahan pangan lokal. Diharapkan juga ini dapat menjadi edukasi dari masyarakat.
"Kita sudah keluarkan Juknis PMT Lokal dan buku resep, memang sifatnya seminggu sekali makanan lengkap yang kita anjurkan, sisanya kudapan. Kenapa kudapan, karena itu sifatnya menambah masukan makanan tambahan tadi," katanya saat dihubungi GridHEALTH, Selasa (21/11/2023).
"Apa yang kita berikan, Kemenkes mendorong lebih banyak protein hewani," lanjutnya.
Misalnya saja telur dan ikan, dua jenis protein hewani yang mudah ditemukan oleh masyarakat.
Arahan Kemenkes Tentang Pemberian PMT
Pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal sudah disosialisasikan secara bertahap dari Dinas Kesehatan (Dinkes) provinsi, Dinkes Kabupaten/Kota, Puskesmas, hingga Posyandu.
"Karena yang memasak ibu-ibu Posyandu, ibu-ibu PKK, ibu-ibu RT/RW, kemudian diberikan ke masyarakat," jelasnya.
Lebih lanjut, Nadia Tarmizi menjelaskan dalam pengolahannya perhitungan nilai gizi perlu betul-betul diperhatikan.
Pada dasarnya menu PMT untuk bayi maupun balita perlu disesuaikan dengan kebutuhan energi, kalori, protein, dan lemak.
"Dihitung berapa banyak kebutuhan kalorinya, berapa banyak proteinnya, berapa banyak lemaknya, dihitung oleh teman-teman gizi di Puskesmas," katanya.
Ia melanjutkan, "Selanjutnya dibuat yang setara dengan kalori, setara dengan sekian lemak yang dibutuhkan, itu bisa dikonversi dengan jenis makanan yang ada."
Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten selanjutnya diharapkan melakukan monitoring jalannya penyaluran PMT ini ke masyarakat. (*)
Baca Juga: Anak Bebas Stunting, Seperti Ini Menu PMT yang Dianjurkan Dokter