Find Us On Social Media :

Hari AIDS Sedunia 2023, Ketahui Fakta dan Data AIDS di Dunia dan Indonesia

Mengingat Hari AIDS Sedunia 1 Desember, data di dunia dan Indonesia patut diperhatikan.

GridHEALTH.id - Tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia.

Penyakit AIDS dimulai dengan Human immunodeficiency virus (HIV) sebagai infeksi yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah tahap paling lanjut dari penyakit ini.

HIV menyerang sel darah putih tubuh, melemahkan sistem kekebalan. Hal ini membuat tubuh lebih rentan terkena penyakit seperti tuberkulosis, infeksi, dan beberapa jenis kanker.

HIV menyebar melalui cairan tubuh orang yang terinfeksi, termasuk darah, air susu ibu, air mani, dan cairan vagina.

Penyebaran tidak terjadi melalui ciuman, pelukan, atau berbagi makanan. Virus ini juga dapat ditularkan dari ibu ke bayinya.

Tidak ada obat untuk infeksi HIV. Akan tetapi HIV dapat diobati dan dicegah dengan terapi antiretroviral (ART). HIV yang tidak diobati dapat berkembang menjadi AIDS, seringkali setelah bertahun-tahun.

HIV tetap menjadi isu kesehatan global utama, telah menyebabkan 40,4 juta [32,9–51,3 juta] kematian hingga saat ini, dengan transmisi terus berlangsung di seluruh negara di dunia.

Beberapa negara melaporkan peningkatan tren infeksi baru setelah sebelumnya menurun.

Namun, dengan akses yang memadai ke pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan perawatan HIV yang efektif, termasuk untuk infeksi opportunistik, infeksi HIV telah menjadi kondisi kesehatan kronis yang dapat diatasi, memungkinkan orang dengan HIV untuk menjalani hidup yang panjang dan sehat.

WHO, Global Fund, dan UNAIDS memiliki strategi HIV global untuk mengakhiri epidemi HIV pada tahun 2030.

Baca Juga: Selama Ini Salah Kaprah! Inilah Perbedaan Mengejutkan antara HIV dan AIDS yang Harus Anda Ketahui

Data Dunia tentang HIV/AIDS

Menurut data WHO, diperkirakan ada 39,0 juta [33,1–45,7 juta] orang yang hidup dengan HIV pada akhir tahun 2022, dua pertiga di antaranya (25,6 juta) berada di Wilayah Afrika.

Pada tahun 2022, 630.000 [480.000–880.000] orang meninggal akibat penyakit terkait HIV dan 1,3 juta [1,0–1,7 juta] orang terinfeksi HIV.

Pada tahun 2025, 95% dari semua Orang yang Hidup dengan AIDS (ODHA) seharusnya telah menjalani diagnosis, 95% dari mereka seharusnya mengonsumsi pengobatan antiretroviral (ART) yang dapat menyelamatkan nyawa, dan 95% dari ODHA yang mendapat pengobatan seharusnya mencapai kadar virus yang terkendali untuk keuntungan kesehatan individu dan untuk mengurangi transmisi HIV ke depannya.

Pada tahun 2022, persentase ini adalah 86%, 89%, dan 93%, secara berturut-turut. Dan kini secara global, 9,2 juta orang tidak memiliki akses ke pengobatan HIV yang mereka butuhkan. Setiap hari, 1700 nyawa hilang akibat penyebab terkait HIV, dan 3500 orang terinfeksi, dengan banyak yang tidak mengetahui status mereka atau tidak memiliki akses ke pengobatan.

Data Indonesia tentang HIV/AIDS

Berdasarkan data Kemenkes pada bulan Mei 2023, jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia meningkat pada tahun 2023.

Peningkatan kasus didominasi oleh ibu rumah tangga.

Menurut data Kementerian Kesehatan, sebanyak 35% dari total kasus HIV terjadi pada ibu rumah tangga.

Tingginya tingkat penularan HIV pada kelompok ini disebabkan oleh rendahnya pengetahuan tentang pencegahan dan dampak penyakit, serta keberadaan pasangan dengan perilaku seks berisiko.

Ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV memiliki risiko tinggi untuk mentransmisikan virus kepada anak-anak mereka, baik selama kehamilan, proses kelahiran, maupun saat menyusui.

Baca Juga: Kisah Seorang Ibu dari 4 Orang Anak yang Berjuang Melawan Virus HIV

Secara keseluruhan, penularan HIV dari ibu ke anak menyumbang sekitar 20-45% dari seluruh sumber penularan HIV, seperti melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik, dan transfusi darah yang tidak aman.

Dampaknya, sebanyak 45% bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terjangkit virus tersebut dan hidup dengan status HIV positif sepanjang hidupnya.

Kasus HIV pada anak usia 1-14 tahun mencapai 14.150 kasus, dengan penambahan sekitar 700-1000 anak setiap tahunnya.

Kementerian Kesehatan mencatat bahwa hanya 55% ibu hamil yang diuji HIV karena banyak yang tidak mendapatkan izin dari suami mereka.

Dari jumlah tersebut, 7.153 dinyatakan positif HIV, dan 76% dari mereka belum mendapatkan pengobatan Antiretroviral (ARV), yang juga meningkatkan risiko penularan kepada bayi.

Penularan HIV kemungkinan akan terus terjadi. Dari 526.841 orang yang diketahui memiliki HIV, hanya sekitar 429.215 orang yang telah terdeteksi atau mengetahui status HIV mereka.

Ini berarti masih ada sekitar 100.000 orang dengan HIV yang belum terdeteksi dan berpotensi menularkan virus ke masyarakat.